Laporan ilmiah pertama kali tentang Candi Cetho dibuat Van de Vlies pada tahun 1842 dan A.J. Bernet Kempers, dilanjutkan Dinas Purbakala Hindia Belanda (Oudheiddienst Dienst).
Pendirian Candi Cetho berdasarkan prasasti sangkalan welut wiku anakut iku, oleh Bernet Kempers, ahli purbakala Belanda, diartikan tahun Saka 1373 (1451 M), akhir Majapahit.
Pendapat Bernert Kempers ini dikuatkan dengan penemuan batu berhiaskan lambang kebesaran Majapahit, yakni “Surya Majapahit” di halaman Candi Cetho.
Namun patut disayangkan, adanya pemugaran tidak melibatkan ahli arkeologi, sehingga banyak menghilangkan keaslian bentuk awal dari Candi Cetho.
Pemugaran akhir 1970-an banyak mengubah struktur asli candi, meskipun konsep punden berundak tetap dipertahankan, namun pemugaran ini banyak dikritik para pakar arkeologi.
Beberapa objek baru hasil pemugaran yang dianggap tidak asli adalah gapura bagian depan kompleks, bangunan kayu tempat pertapaan, patung Sabdapalon, Nayagenggong dan Brawijaya V.
Semoga tulisan Candi Cetho, jejak kebesaran Hindu di lereng Gunung Lawu Karanganyar, ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat semakin memahami sejarah keberadaan Candi Cetho.
Nantikan terus tulisan-tulisan lain hanya di iNewsbadung.id serta silahkan share tulisan ini. ***
Editor : Bramantyo