SOLO, iNewsbadung.id - Peringati Hari Tari Dunia atau World Dance Day, Senin (29/4/2024), Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, gelar 24 jam menari, menggandeng seniman-seniman tari Kota Solo, luar kota hingga luar negeri.
Hari Tari Dunia ke-18 bertema "Skena Menari : Bersua, Bercengkerama, Berkelana" ini terinspirasi dari trending kehidupan kawula muda yang melakukan aktivitas skena.
Para kawula muda bersatu, bersua, bercengkerama dan berkelana, di mana bersua atau bertemu bisa dilakukan di cafe, warung atau di mana saja.
Bercengkerama dapat diartikan dialog, berdiskusi menyelesaikan persoalan, masalah atau mengerjakan tugas.
Sedangkan berkelana berarti mengembara, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Menurut Eko Supriyanto, Kurator
24 jam menari ISI Surakarta, The 18th Dance Fair 2024, panitia bekerja luar biasa, menyerap energi, karena pelaksanaan perhelatan ini desain yang dirancang adalah performartif yang tidak biasa.
"Kalau performance biasanya hanya menjadi obyek, penonton sebagai subyek, tetapi tahun ini menggunakan paradigma berbeda," terang Eko Supriyanto, saat jumpa pers di lobi Teater Besar Gendhon Humardani, Kampus ISI Solo, Jumat (26/4/2024).
Dosen dan kreator tari yang akrab disapa Eko Pece ini menambahkan, tari menjadi bagian dari skema perjalanan kehidupan, di mana ujungnya menjadikan berkarya seni.
Sesuai marwahnya, Eko menyebutkan bahwa insan tari dan civitas akademika adalah berkarya seni.
Ada dua aktivitas penting dalam perhelatan World Dance Day ini, yakni Skena dan Festival.
Sebagai skena, tari ditempatkan tidak saja sebagai obyek, namun menjasi bagi penting dalam siklus kehidupan tari.
Dalam skena menari, akan menjadi pijakan bertemu dengan teman baru, lingkungan baru, karya baru, atmosfir baru yang akhirnya menjadikan wacana kekaryaan, serta keilmuan baru dalam kredo seni pertunjukan.
Sementara sebagai festival, Eko Pece menyebutkan berarti gelar karya terbaik dari insan tari dari beberapa daerah di Indonesia, hingga luar negeri.
Gelar karya insan tari ini diharapkan mampu menambah referensi, apresiasi karya tari dan melihat barometer perkembangan kekaryaan jagat tari di Indonesia.
World Dance Day yang dibuka dengan orasi budaya dari Hilmar Farid, Ph.D, sejarawan dan pengajar ini, juga diikuti puluhan sanggar dari berbagai kota antara lain Solo, Klaten, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Palembang, Kutai Kartanegara, Bogor, Surabaya, Malang, Blitar, Banyuwangi, Ngawi, Karanganyar, Wonogiri dan Korea Selatan.
Semoga tulisan tentang peringati Hari Tari Dunia, ISI gelar 24 jam menari ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, jangan lupa share dan nantikan selalu tulisan lain hanya di iNewsbadung.id. ***
Editor : Asarela Astrid