SOLO, iNewsbadung.id - Ratusan relawan pendukung dari pasangan Capres-Cawapres 01 dan 03 yang tergabung dalam Solo Melawan Politik Amoral (SEMPAL) nonton bareng Wayang Kampung Sebelah di Gedung Umat Islam belum lama ini.
Suasana cair dan penuh gelak tawa dari humor satire yang disajikan dalam bentuk Wayang Kampung ini justru menunjukkan tidak adanya ketegangan seperti Pemilu seperti tahun-tahun sebelumnya bahwa mereka sebenarnya tengah berkompetisi dalam proses demokrasi melalui Pemilihan Umum.
Harry Prabowo mewakili SEMPAL mengungkapkan, pertunjukan Wayang Kampung Sebelah yang dibungkus dalam humor ini bertujuan sebagai gerakan penyadaran masyarakat melalui pendekatan budaya.
Gerakan budaya ini diharapkan menjadi bagian dari gelombang perlawanan terhadap politik amoral, di mana saat ini kaum agamawan, akademisi, seniman dan budayawan sudah bersikap, tidak tinggal diam, ikut memberikan penyadaran kepada masyarakat terhadap praktek politik amoral.
Ditambahkan Harry Prabowo, kalau tokoh-tokoh masyarakat sudah bersatu dalam satu pemahaman melawan politik amoral, maka akan muncul kesadaran masyarakat untuk ikut melawan politik amoral.
"Tidak perlu konfrontatif, cukup dengan memberikan sanksi dengan tidak mencoblos pasangan 02, karena hal ini merupakan cara yang aman, legal, di mana kita tidak menyerukan boikot sehingga tidak beresiko namun jitu dalam melawan politik amoral dan segera mengakhiri kekuasaan yang serakah dan korup," terang Harry Prabowo.
Wayang Kampung Sebelah berlakon
Gugat Lesmono MK ini diawali dengan situasi Desa Bangunjiwo yang akan melaksanakan Pilkades.
Putra pak lurah maju sebagai calon lurah, di mana untuk mendukung pencalonan anaknya, pak lurah mengumpulkan masyarakat dan memberikan Bansos.
Protes terjadi di masyarakat, karena lurah memberikan Bansos menggunakan uang APBDes, tetapi mengatakan bahwa Bansos tersebut untuk warga miskin dari pak lurah.
Padahal mestinya bukan dari pak lurah, karena menggunakan uang rakyat sehingga Bansos adalah hak rakyat, bukan sumbangan perorangan.
Untuk melawan perbuatan pak lurah yang sudah meresahkan karena sudah melanggar moral dan etika, Kampret, Coro, Nyi Blegoh dan warga Bangunjiwo lainnya marah, sehingga membuat pentas wayang orang untuk mengkritik perbuatan amoral pak lurah dengan lakon Gugat Lesmono Mandra Kumara.
Alkisah, Lesmana Mandra Kumara adalah anak Prabu Duryudana alias Joko Witono yang manja dan tidak bisa apa-apa, tetapi hendak di calonkan sebagai raja Hastinapura menggantikan Prabu Duryudana.
Siasat licik dirancang Patih Sengkuni, tetapi kejadian lucu dan menghibur menjadi mirip dengan situasi politik sekarang.
Celetukan penonton menandakan mereka memiliki keresahan yang sama melihat situasi dan kondisi bangsa.
Di akhir acara, melalui tokoh Wayang Bob Marna dari Purbalingga, yang mirip dengan Bob Marley, memberikan semangat “wong Solo” agar semangat dan terus berjuang.
Melalui rilis yang diterima iNewsbadung.id, Prijo Wasono, Juru Bicara (jubir) menyebutkan, Solo sebagai kota budaya harus bisa memberikan teladan baik dalam segala kehidupan termasuk dalam kehidupan politik, agar dijalankan dengan moral dan etika.
Ditambahkan Prijo, Solo telah melahirkan tokoh-tokoh besar yang kini menjadi Pahlawan Nasional, sehingga sudah selayaknya Gerakan Melawan Politik Amoral berawal dari Solo.
Semoga tulisan tentang relawan 01 dan 03 nonton bareng wayang kampung sebelah ini bermanfaat bagi para pembaca, jangan lupa share dan nantikan selalu tulisan lain hanya di iNewsbadung.id. ***
Editor : Asarela Astrid
Artikel Terkait