SOLO, iNewsbadung.id - Jelang 70 tahun Srimulat tak pernah tamat, dua museum di Jateng dan Jatim yakni Museum Keris Nusantara Surakarta dan Museum Gubug Wayang Mojokerto, ajak masyarakat bernostalgia menyaksikan legenda komedi Indonesia.
Legenda komedi Indonesia yakni Srimulat yang lahir dari garapan Kho Tjien Tiong alias Teguh Slamet Rahardjo ini, keberadaannya sudah memasuki 70 tahun, menghibur masyarakat dari semua kalangan.
Ajakan untuk masyarakat dari dua museum di Jateng dan Jatim bertema 70 Tahun Srimulat Tak Pernah Tamat ini berawal dari kunjungan Bonita Rintyowati, S.S., M.M., Kepala UPT Museum Keris Nusantara ke Museum Gubug Wayang Mojokerto.
Menurut Bonita, saat mengunjungi museum tersebut, dirinya banyak melihat wayang Srimulat dalam bentuk wayang golek.
Dari sinilah, muncul keinginan memberikan fasilitas untuk menggelar pameran tentang Srimulat, apalagi pameran perdana sudah sukses digelar pada November 2022 di Alun-alun Surabaya.
Gayung pun bersambut, apalagi pameran Srimulat yang digelar Museum Gubug Wayang mendapat banyak animo masyarakat Surabaya dan sekitarnya, di mana diakui Zura Nurja Ana, Direktur Museum Gubug Wayang Mojokerto, penonton sangat membeludak hingga 6.000 lebih.
"Antusiasme penonton waktu di Surabaya sangat luarbiasa, pameran yang direncanakan digelar dua minggu, akhirnya diperpanjang dua minggu lagi, bahkan hingga mengalami tiga kali perpanjangan waktu," ujar Zura saat Konferensi Pers di Imperial Taste Modern Oriental Cuisine, The Sunan Hotel Solo.
Menurut Zura, dihadirkannya wayang golek dalam Pameran Wayang Golek Srimulat Abadi untuk mengajak penonton seakan-akan melihat pemain Srimulat asli.
Karena wayang golek, disebutkan pengagum Teguh Srimulat ini bisa berwujud tokoh asli atau menghadirkan sosok benar-benar nyata.
"Nah wayang yang bisa kita nikmati secara tiga dimensi atau 3D adalah wayang golek, jadi ingin dihadirkan sosok itu benar-benar nyata," urai perempuan muda yang masih berusia 23 tahun ini.
Penasehat Museum Gubug Wayang Mojokerto, Tri Suhartanto juga sepakat dengan narasumber lain, mengingat bicara tentang Srimulat tidak ada habisnya.
Menurut Tri Suhartanto, Srimulat memiliki kontribusi besar terhadap bangsa Indonesia, terutama bagi Kota Solo, bahkan banyak orang sudah sangat hafal dengan musik pembuka kelompok humor Srimulat.
Banyak hal akan disajikan Museum Gubug Wayang Mojokerto untuk membayar rindu pada penampilan Srimulat, dan mengulang sukses pameran di Surabaya beberapa waktu lalu.
Namun sayangnya, Tri masih merahasiakan penampilan yang akan disajikan, harapannya, masyarakat dapat melihat langsung ke Museum Keris Nusantara. .
"Saya tidak bisa bercerita tentang yang akan ditampilkan Museum Gubug Wayang, karena sangat panjang kalau diceritakan, karena itu, silahkan datang sehingga bisa melihat," urainya sambil meninggalkan rasa penasaran.
Terkait acara 70 Tahun Srimulat tak pernah tamat yang akan digelar selama satu bulan penuh mulai Selasa (8/8/2023) sampai Jumat (8/9/2023) ini, Bonita, Kepala UPT Museum Keris mengatakan telah mempersiapkan kemasan acara secara menarik, sehingga banyak mengundang penonton.
Acara yang digelar di Museum Keris Nusantara Surakarta, disebutkan Bonita akan menghadirkan layar tancap, memutar film-film Srimulat, yang banyak dikoleksi Museum Gubug Wayang.
Di samping itu, panitia juga telah mempersiapkan beberapa sajian menarik lain, seperti pentas musik keroncong tradisional.
Selain sajian seni dan budaya, acara
70 tahun Srimulat tak pernah tamat ini juga akan menghadirkan launching buku Berpacu dalam Komedi dan Melodi Teguh Srimulat, karya Heri Gendut Janarto.
Heri Gendut Janarto adalah mantan wartawan yang juga menulis buku Srimulat yang pertama.
Menurut Heri Gendut, dirinya merasa beruntung dan bersyukur karena dapat menulis buku tentang Srimulat, di mana buku tersebut sudah berusaha 32 tahun.
Saat itu, Heri menambahkan, Srimulat masih utuh, personil masih lengkap, masih jaya, berada di puncak kesuksesan, di mana pendiri Srimulat, Teguh masih sangat sehat.
Di hadapan para awak media, Rabu (2/8/2023), Heri Gendut juga mengungkapkan rasa bersyukur karena dapat membukukan pendiri Srimulat, dan anggota lainnya.
"Saya bersyukur karena bisa membukukan Pak Teguh, karena waktu itu masih bisa diwawancara, Bu Djujuk masih sangat sehat, cantik, dan personil lain masih sangat lucu-lucunya," urainya.
Heri Gendut juga mengungkapkan rasa syukur atas dorongan yang diberikan pendiri Museum Gubug Wayang Mojokerto, yang meminta dirinya membuat buku Srimulat lanjutan.
Menurut Heri, buku Srimulat kedua ini juga bercerita tentang perjalanan Teguh Srimulat saat masih berpacaran dengan istrinya, Srimulat, sampai membentuk keroncong, serta perjalanan menetap di Surabaya tahun 1961 menuju Jakarta dan Solo.
Bagi Heri Gendut, Srimulat akan tetap ada dan tidak pernah tamat, bahkan paska meninggalnya Teguh meninggal, yang sudah dicatatnya.
Sementara Koko, putra Teguh Srimulat dengan primadona Srimulat Djujuk Djuariah mengungkapkan sudah mengabarkan kegiatan ini pada semua anggota Srimulat yang masih tersisa, seperti Rohana, Tesi dan lainnya.
Namun, pemilik nama lengkap Eko Saputro ini mengaku tidak dapat memberikan kepastian kehadiran personil Srimulat.
"Keluarga Srimulat sudah diberitahu akan ada pameran ini, dan berharap dapat hadir," jelas Koko.
Pameran 70 tahun Srimulat tak pernah tamat ini juga mendapatkan apresiasi dari The Sunan Hotel, di mana hotel yang memiliki tagline Solo, ya Sunan ini sangat bangga dengan pencapaian yang sudah dilakukan Srimulat.
Retno Wulandari, General Manager The Sunan Hotel mengungkapkan bahwa tagline Solo, ya Sunan bukan saja merepresentasi bagaimana seorang tamu akan membuat pilihan hotel di Solo, namun juga menciptakan ingatan para tamu tentang tanggungjawab moral, bahwa tidak hanya hospitality Solo yang akan disuguhkan, seperti kuliner Kota Solo, namun juga mendukung semua kegiatan yang menampilkan tokoh-tokoh Kota Solo yang sudah memberi kontribusi bagi kota, termasuk Srimulat.
"Srimulat lahir di Kota Solo, sehingga generasi muda sekarang perlu merasakan bagaimana generasi waktu itu jika sudah menunggu waktunya muncul musik khas Srimulat, dengan kekhasan para pemain seperti Gepeng yang selalu membawa serbet, Bu Jujuk yang selalu cantik, jadi primadona dan mbak Nunung yang genit dan lucu," urainya.
Selain dihadiri beberapa awak media, jumpa pers ini juga disaksikan salah satu putri Djujuk Djuariah, yakni Mya Permata dan menantu Quirinto Endi.
Semoga tulisan tentang jelang 70 tahun Srimulat tak pernah tamat, dua museum di Jateng dan Jatim ajak masyarakat bernostalgia ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan silahkan share serta nantikan tulisan lain hanya di iNewsbadung.id sehingga semakin banyak orang mengetahui informasi menarik lainnya. ***
Editor : Asarela Astrid
Artikel Terkait