Candi Sukuh, Tempat Sakral Menebus Noda dan Cela

Asarela Astrid
Candi Sukuh, tempat sakral di lereng Gunung Lawu untuk menebus noda dan cela. Foto : Pixabay

KARANGANYAR, iNewsbadung.id - Candi Sukuh, tempat sakral menebus noda dan cela ini berada di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah. 

Pada umumnya candi dibangun sebagai tempat pemujaan para dewa atau penghormatan (pendharmaan) seorang raja, namun Candi Sukuh dibangun untuk tujuan lebih khusus, yaitu menghilangkan noda, cela dan kutuk.

Dilansir iNewsbadung.id dari buku Seri Fakta dan Rahasia Dibalik Candi : Candi Masa Majapahit, Candi Sukuh dibangun untuk tujuan penebusan (meruwat), yaitu melepaskan kekuatan buruk atau kutukan yang mempengaruhi kehidupan seseorang atau bangsa.

Dugaan ini didasarkan pada banyaknya relief di candi yang bertemakan tentang penebusan, sehingga hampir semua relief di Candi Sukuh bertemakan penebusan melepaskan diri dari nasib buruk, noda dan cela (kutukan). 

Relief berisikan permohonan untuk keluar dari nasib buruk dan kutukan diambil dari Kidung Sudamala dan Garudheya. 

Di depan candi induk Candi Sukuh agak ke selatan, terdapat tiang batu yang berisi pahatan cuplikan kisah Garudheya, dimana Garuda atau  Garudheya adalah nama seekor burung putra Begawan Kasyapa dan Dewi Winata. 

Cerita bertemakan ruwatan kutukan dalam cerita Garudheya diambil dari Kitab Adiparwa, dengan inti cerita adalah usaha gagah perkasa dan berani mati Garuda dalam memperjuangkan penebusan Ibunya dari perbudakan Dewi Kadru dan anaknya, para naga. 

Cerita bertemakan penebusan untuk bebas dari kutukan lainnya adalah relief cerita Sudamala, dimana relief cerita Sudamala terdapat di bagian selatan pelataran teras ketiga. 

Relief cerita terdapat pada panel-panel batu yang ditata berjajar, mengisahkan tentang Sadewa, yang berhasil membebaskan kutukan yang dialami Dewi Uma.

Dewi Uma seorang bidadari cantik berubah menjadi raseksi karena kutukan Bathara Guru dan kemudian bernama Durga, menyamar sebagai Dewi Kunthi, ibu para Pandawa, agar Sadewa menolongnya bebas dari kutukan. 

Cerita Sudamala di Candi Sukuh dipahatkan dalam lima panel relief, diceritakan Sadewa berhasil membebaskan Dewi Durga dari kutukan, mendapat anugerah Dewi Pradhapa menjadi istrinya. 

Relief bertemakan penebusan menghilangkan noda, cela dan kutukan lainnya terdapat lantai gapura Candi Sukuh, dimana di lantai gapura ini terdapat pahatan yang menggambarkan phalus dan vagina.

Pahatan tersebut merupakan penggambaran bersatunya lingga (kelamin laki-laki) dan yoni (kelamin perempuan). 

Relief ini bukan menggambarkan sesuatu yang porno, tetapi bermakna atau melambangkan kesuburan.

Para ahli purbakala (arkeologi) menduga pahatan relief lingga yoni berfungsi sebagai semacam suwuk atau mantra untuk menghilangkan segala kotoran di hati atau jiwa.

Itulah sebabnya relief tersebut dipahatkan di lantai pintu masuk, sehingga orang yang masuk ketempat sakral ini akan melangkahinya, dengan demikian segala kekotoran yang melekat di tubuh akan sirna.

Candi Sukuh secara administratif terletak di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, yang terletak di ketinggian kurang lebih 910  meter diatas permukaan laut (mdpl). 

Candi Sukuh ditemukan kembali dalam keadaan runtuh pada 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta pada masa pemerintahan Raffles, saat Indonesia dikuasai Inggris.

Candi Sukuh adalah komplek percandian bernafaskan Hindu, yang menempati areal seluas 500 m², terdiri atas tiga teras bersusun.

Ketiga teras tersebut terbelah dua tepat di tengahnya oleh batu yang ditata membentuk jalan menuju ke gerbang teras berikutnya. 

Bentuk Candi Sukuh sangat luar biasa, mirip seperti bangunan pemujaan Suku Maya di Mexico. 

Masa pendirian Candi Sukuh bisa dilihat pada Candra Sengkala yang dipahatkan di gapura menuju teras pertama, dimana pada gapura paduraksa (gapura yang dilengkapi dengan atap), tepatnya di ambang pintu gapura dihiasi pahatan Kala (raksasa) berjanggut panjang. 

Pada dinding sayap utara terdapat relief orang sedang berlari sambil menggigit ekor ular yang sedang melingkar.

Menurut ahli purbakala K.C. Cruq, pahatan tersebut merupakan Candra Sengkalan (sandi angka tahun) yang dibaca gapura buta anahut buntut (gapura raksasa menggigit ekor ular).

Sengkalan tersebut ditafsirkan sebagai tahun 1359 Saka atau tahun 1437 M, yang diyakini para ahli sebagai tahun selesainya pembangunan candi Sukuh.

Semoga tulisan Candi Sukuh, tempat sakral menebus noda dan cela ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Nantikan selalu tulisan lain hanya di iNewsbadung.id, dan silahkan share tulisan ini. ***

Editor : Asarela Astrid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network