LAMONGAN, iNewsbadung.id - Sunan Drajat, wali dermawan dan bersahaja yang wariskan 4 pengajaran (Catur Piwulang) ini adalah salah satu dari wali songo yang menyebarkan agama Islam.
Nama asli Sunan Drajat adalah Qasim bin Muhammad Ali Rahmatullah bin Ibrahim Assamaraqandy, dimana dalam sejarahnya, Sunan Drajat dikenal sebagai seorang yang dermawan, namun hidup bersahaja.
Ajaran-ajaran Sunan Drajat tidak bisa dikesampingkan, karena pengajarannya masih relevan dengan kehidupan masa sekarang.
Dilansir iNewsbadung.id dari buku Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual, Pengajaran Sunan Drajat dikenal sebagai Catur Piwulang atau empat pengajaran.
Isi Catur Piwulang adalah paring teken marang wong kang wuto, paring pangan marang kang kaliren, paring sandang marang kang kawudan, dan paring payung marang kang kodanan.
Artinya berikan tongkat kepada orang buta, berikan makan kepada orang kelaparan, berikan pakaian kepada yang telanjang, serta berikan payung kepada yang kehujanan.
Ajaran Sunan Drajat ini sangat supel, sehingga siapapun bisa mengamalkan sesuai tingkat dan kemampuan masing-masing.
Namun, banyak juga yang berpendapat pengajaran yang diajarkan Sunan Drajat ada tujuh pengajaran utama, seperti digambarkan dalam sap atau tingkatan tangga tujuh dari tataran Komplek Makam Sunan Drajat.
Ketujuh filosofi ajaran Sunan Drajat yaitu pertama, memangun resep tyasing sasoma atau selalu berusaha membuat senang hati orang lain.
Pengajaran kedua, jroning suka kudu eling lan waspada, bermakna dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada.
Ketiga, laksmitang subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah atau dalam perjalanan mencapai cita-cita luhur kita tidak peduli dengan segala rintangan).
Sedangkan pengajaran keempat yaitu meper hardaning pancadriya, yaitu harus selalu menekan gelora hawa nafsu.
Sedangkan pengajaran kelima adalah, heneng hening henung atau dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan, dalam keadaan hening kita akan mencapai cita-cita luhur.
Pengajaran keenam yaitu mulya guna panca wektu, berarti sesuatu kebahagiaan lahir batin dapat dicapai dengan sholat lima waktu.
Pengajaran ketujuh adalah menehana teken marang wong wuta, menehana mangan marang wong kang luwe, menehana busana marang wong kang wuda, menehana ngeyup mrang wong kang kodanan, bermakna berilah ilmu agar orang menjadi pandai, sejahterakan kehidupan masyarakat miskin, ajarilah kesusilaan pada orang yang tak punya malu, dan berilah perlindungan pada yang menderita.
Dalam pengajarannya, Sunan Drajat memperkenalkan konsep dakwah bil-hikmah dengan cara-cara bijak, tanpa memaksa.
Tidak hanya itu, Sunan Drajat juga menempuh lima cara, yaitu lewat pengajian secara langsung di masjid, melalui pesantren.
Cara ketiga yakni memberi petuah dalam menyelesaikan masalah di masyarakat, keempat melalui kesenian tembang Pangkur diiringi gamelan, serta kelima, melalui ritual adat tradisional yang tidak bertentangan ajaran Islam.
Sunan Drajat adalah putera Sunan Ampel dan istrinya, Retna Ayu Manila, (Dewi Candrawati Puteri Adipati Tuban, Arya Teja), dimana diperkirakan lahir tahun 1470 Masehi.
Empat putera Sunan Ampel lain adalah, Sunan Bonang, Siti Muntosiyah (dinikahi Sunan Giri), Nyi Ageng Maloka (menjadi istri Raden Fatah), serta seorang putri yang diperistri Sunan Kalijaga.
Nama Sunan Drajat berasal dari bahasa Arab yakni darajat, berarti kualitas tingkatan, bahkan diantara para wali songo, Sunan Drajat memiliki nama paling banyak.
Nama-nama lain Sunan Drajat dapat ditemui dalam berbagai naskah kuno, sebut saja Masaikh Munaf, Syarifuddin, Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan Maryapada, Raden Imam, dan Maulana Hasyim.
Sunan Drajat dikenal sebagai anggota wali songo yang banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan, dimana selalu menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat sebagai pengamalan agama Islam.
Pesantren Sunan Drajat dijalankan mandiri dalam wilayah perdikan, di Desa Drajat atau sekarang masuk wilayah Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur.
Perdikan itu dihadiahkan Sultan Demak atas jasanya menyebarkan Agama Islam dan memerangi kemiskinan, sehingga Sunan Drajat mendapat anugerah nama Sunan Mayang Madu tahun 1520 Masehi.
Dalam sejarahnya, Sunan Drajat juga dikenal sebagai wali pencipta tembang Mocopat yakni Pangkur, dimana sisa-sisa gamelan Singo mengkoknya masih tersimpan di Museum Daerah Sunan Drajat.
Semoga tulisan Sunan Drajat, wali dermawan dan bersahaja yang wariskan 4 pengajaran (Catur Piwulang) ini adalah salah satu dari wali songo yang menyebarkan agama Islam.
Nantikan tulisan lain hanya di iNewsbadung.id serta silahkan share tulisan ini agar semakin banyak orang mengenal dan mengetahui informasi yang benar. ***
Editor : Bramantyo
Artikel Terkait