Mengungkap Makna Tari Sintren, Seni Khas Cirebon yang Magis 

Asarela Astrid
Makna tari sintren, seni khas Cirebon yang magis (Foto : cirebonkota.go.id)

CIREBON iNewsbadung.id - Tari sintren adalah salah satu tari tradisional yang sangat terkenal di Kota Cirebon.

Makna mendalam pun terdapat dalam tari sintren, apalagi tarian khas Cirebon ini merupakan tarian yang memiliki unsur magis

Inilah catatan iNewsbadung.id yang mengungkap makna tari sintren, dihimpun dari laman resmi Pemerintah Daerah Kota Cirebon, cirebonkota.go.id.

1. Bukan Mainan 

Karena tari sintren mengandung unsur magis maka tarian ini tidak boleh dibuat mainan. 

2. Masuk Kurungan 

Tarian sintren biasanya dibawakan seorang wanita, mengenakan kostum khusus dilengkapi kacamata hitam, dimana penari dimasukkan kurungan ditutup kain.

3. Awal Mula

Ada yang mengatakan jika tari sintren merupakan gabungan dua kata bahasa Jawa yaitu si dan tren, yang berarti si putri atau sang penari, namun ada juga yang meyakini berasal dari kata sindir dan tetaren (pertanyaan) melalui syair-syair atau sajak.

4. Berkumpulnya Para Pemuda 

Awal kesenian tari sintren ini juga diyakini dimulai dengan berkumpulnya para pemuda, saling bercerita, memberikan semangat satu sama lain terutama setelah kalah perang besar Cirebon.

5. Sinyo dan dan Trennen 

Penari wanita dikelilingi para pemuda yang berlatih memupuk rasa perjuangan, sehingga sebagian kalangan menerjemahkan sintren sebagai sinyo (pemuda) dan trennen (berlatih), berarti  pemuda yang sedang berlatih.

6. Kisah Seca Branti 

Dikisahkan nama Seca Branti, abdi pangeran Diponegoro yang berhasil lolos dari Belanda, melarikan diri ke wilayah Indramayu, dimana dia bergaul dengan para pemuda yang suka membacakan sajak-sajak perjuangan.

7. Dilarang Belanda 

Berjalannya waktu, kegiatan menyanyikan sajak-sajak ini diketahui Belanda, hingga dilarang, karena  Belanda hanya mengizinkan adanya kegiatan pesta, dengan wanita penghibur dan minuman keras. 

8. Diiringi Penari Tayub

Belanda sangat menyukai pesta-pesta, bahkan berusaha melakukan di dalam keraton Cirebon sebelum berakhirnya perang Besar Cirebon, dengan  mabuk-mabukan diiringi para penari Tayub.

9. Penari sebagai Kedok 

Kebiasaan Belanda itulah yang melatarbelakangi digunakannya penari wanita sebagai kedok atau topeng dalam pertunjukan, namun fokus utama tetap pada syair-syair.

10. Pola Sajak

Pola-pola sajak yang digunakan para dalang sintren tidak berubah, karena tetap membawakan sajak perjuangan, menggunakan ronggeng buyung (penari wanita) untuk mengelabui penjajah Belanda.

11. Legenda Romantisme

Selain mengangkat kisah perjuangan pemuda-pemuda Cirebon lewat syair-syair penyemangat, tari sintren juga diiringi lirik-lirik legenda romantisme  antara Selasih dan Sulandana dari Jawa. 

12. Tingginya Interaksi Sosial

Interaksi sosial antara Cirebon dan Suku Jawa sangat tinggi, karena secara geografis, letak Cirebon berdekatan langsung dengan tanah budaya Jawa. 

13. Puasa 

Seorang penari sintren harus melakukan puasa sebelum pentas, karena syarat penari harus suci dan bersih, untuk  menjaga agar tidak berbuat dosa, sehingga roh tidak akan mengalami kesulitan masuk tubuh penari.

14. Sarana Dakwah 

Tari sintren juga dipergunakan para wali untuk menyebarkan dakwah Islam dan mengajarkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

15. Tidak Bisa Berdiri Sendiri 

Saat pementasan, penari sintren yang menari dalam keadaan tidak sadar, maka saat dilemparkan uang dengan jumlah berapapun akan mengakibatkan penari jatuh dan tidak dapat berdiri sendiri sebelum didirikan dalang sintren. 

16. Makna Kurungan Ayam 

Bentuk melengkung pada kurungan ayam atau ranggap mengingatkan bentuk fase hidup manusia dari bawah akan berusaha menuju puncak.

17. Dari Puncak menjadi Lemah 

Setelah berada dipuncak, manusia akan kembali lagi ke bawah, dari tanah kembali menjadi tanah, dilahirkan dalam keadaan lemah, akan kembali pada keadaan lemah pula.

18. Jangan Dahulukan Duniawi

Duit atau uang yang dilempar membuat penari sintren langsung jatuh lemas bermakna bahwa kehidupan manusia jangan selalu mendahulukan duniawi, karena terlalu serakah membuat manusia jatuh.

19. Malam Bulan Purnama

Dahulu tari sintren dipentaskan saat sunyi, di malam bulan purnama karena kesenian tari ini berhubungan dengan roh halus yang masuk ke dalam sang penari.

20. Pergeseran Waktu

Seiring perkembangan zaman, pementasan tari sintren tidak lagi dilakukan di malam bulan purnama, namun dipentaskan siang hari, terutama untuk menghibur wisatawan dan memeriahkan hajatan. ***

Editor : Dian Burhani

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network