Kerajaan Bali Korban Pertama Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada Taklukkan Nusantara

Solichan Arif, SM Said
Kisah Kerajaan Bali Jadi Korban Pertama Sumpah Palapa yang Digaungkan Gajah Mada (ilustrasi/Sindonews)

BADUNG, iNewsbadung.id - Kerajaan Bali jadi korban pertama dari sebuah sumpah yang diucapkan Suara Gajah Mada.

Sumpah seorang Patih dari Kerajaan yang dahulunya belumlah sebesar kerajaan yang saat itu sudah ada di Nusantara, dikenal dengan nama Sumpah Palapa.

Gajah Madanmenyatakan sumpah, yang isinya baru akan beristirahat setelah berhasil menaklukkan Nusantara.

Gajah Mada akan menanggalkan jabatan setelah Bali, Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Sunda, Palembang, dan Tumasik, mencium kaki Majapahit.

Sumpah menggelegar dari Mahapatih Kerajaan Majapahit, yang baru saja dilantik ini, ternyata tak mendapatkan sorak-sorai dukungan semangat dari para hadirin. Suasana pertemuan sontak gempar, hingga membuat banyak menteri Majapahit terperangah.

Bhre Kahuripan yang memegang tampuk pemerintahan Majapahit paska tewasnya Raja Jayanegara, juga merasa takjub.

Sementara, Kembar, salah satu pejabat penting Majapahit yang ikut hadir di paseban, tertawa mengejek Gajah Mada yang telah mengucapkan sumpah.

Di sela nada tawa yang memerahkan kuping, mulutnya juga menyemburkan caci maki. Kembar terang-terangan meragukan sumpah palapa Patih Gajah Mada. Begitu juga dengan pejabat penting lain, seperti Jabung Tarewes, dan Lembu Peteng.

Bersama pejabat yang lain, keduanya juga ikut terbahak-bahak. " Gajah Mada merasa dihina, lalu turun dari paseban menghadap kaki sang rani," tulis Slamet Muljana dalam "Menuju Puncak Kemegahan, Sejarah Kerajaan Majapahit". Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit pada tahun 1336.

Meski dihadapkan pada rasa pesimistis dari menteri-menteri di Majapahit. Gajah Mada tetap teguh dalam pendiriannya, untuk menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Wawasan Nusantara ini, diwarisinya dari raja terakhir Singasari, Kertanegara.

Keteguhan Gajah Mada dalam sikap dan tindakan ini, dibuktikan dengan upaya penaklukkan Kerajaan Bali. Kisah penaklukkan Kerajaan Bali, dimulai saat Raja Bali bergelar Sri Astasura Ratna Bumi Banten yang memerintah pada 1337 M, tidak bersedia tunduk di bawah kekuasaan Majapahit.

Usaha Majapahit, untuk menundukkan Bali, tidaklah mudah. Kerajaan Bali mempunyai patih dan menteri yang memiliki kesaktian yang sangat tinggi, sehingga sulit ditaklukkan oleh pasukan dari kerajaan manapun.

Salah satu kesaktian itu, dimiliki oleh Patih Ki Kebo Iwa, dan Ki Pasung Grigis. Pimpinan Kerajaan Majapahit, akhirnya menggelar rapat serius sebelum memutuskan Gajah Mada melakukan penyerangan ke Bali.

Salah satu keputusan rapat pimpinan Majapahit, di bawah Raja Tribhuana Tunggadewi tersebut, adalah melenyapkan Kebo Iwa sebelum Gajah Mada memimpin pasukan Majapahit, menyerang Kerajaan Bali.

Upaya menyingkirkan Kebo Iwa, dilakukan dengan jalan muslihat. Yakni, Ratu Tribhuwana Tunggadewi mengutus Gajah Mada ke Bali, membawa surat yang isinya seakan-akan menginginkan persahabatan dengan Raja Bali.

Yaitu dengan mempersembahkan seorang putri Majapahit untuk dinikahi Kebo Iwa. Gajah Mada menjalankan tugas tersebut. Dia melakukan perjalanan ke Bali, dan sesampainya di sana, disambut oleh Patih Kerajaan Bali, Ki Pasung Grigis.

Dalam pertemuannya dengan Pasung Grigis, Gajah Mada menyampaikan maksud dan tujuannya ke Bali, karena diutus Ratu Tribhuwana Tunggadewi untuk menyampaikan surat kehadapan Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten.

Atas izin sang raja, kemudian Gajah Mada diperkenankan untuk menghadap ke istana. Dihadapan Raja Bali, Gajah Mada menyampaikan maksud kedatangannya, dan menyerahkan surat dari Ratu Tribhuwana Tunggadewi, yang isinya sang ratu menginginkan persahabatan dengan Raja Bali dengan mempersembahkan seorang putri Majapahit untuk dinikahi Kebo Iwa.

Melihat isi surat tersebut, Raja Bali sangat gembira hatinya. Sementara Kebo Iwa yang setia terhadap rajanya, memohon petunjuk dan persetujuan kepada raja, atas adanya tawaran dari Majapahit tersebut.

Raja Bali menyetujui permintaan Majapahit, tanpa rasa curiga. Gajah Mada bersama Kebo Iwa kemudian mohon pamit kepada Raja Bali untuk ke Majapahit. Mereka berjalan mengarah ke selatan menuju pesisir pantai. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan mengarungi lautan.

Ketika sampai di tengah lautan, tiba-tiba Kebo Iwa terjatuh dan masuk ke dalam lautan. Hal tersebut memang telah direncanakan sebelumnya oleh Gajah Mada untuk menyingkirkannya. Akan tetapi, berkat kesaktian yang dimilikinya, Kebo Iwa mampu berenang menyusul Gajah Mada.

Setelah menempuh perjalanan yang panjang, akhirnya sampailah di Pantai Banyuwangi. Di sana mereka mampir di rumah Raden Arya. Keesokan harinya Gajah Mada melanjutkan perjalanannya ke Majapahit , dan minta kepada Kebo Iwa untuk menunggunya. Karena dia akan melaporkan terlebih dahulu hasil perjalanannya ke Bali.

Sesampainya di Istana Majapahit, Gajah Mada langsung menghadap Ratu Tribhuwana Tunggadewi, dan melaporkan hasil kunjungannya ke Pulau Bali. Gajah Mada juga melaporkan bahwa telah berhasil membawa Kebo Iwa, dan sekarang telah menunggu di Banyuwangi.

Setelah melalui perundingan yang cukup panjang, akhirnya diputuskan bahwa upaya yang ditempuh adalah dengan menyediakan seorang gadis cantik untuk Kebo Iwa. Lalu diutus seorang untuk menjemput Kebo Iwa yang ditinggal Gajah Mada di daerah Banyuwangi.

Gajah Mada lalu menyambut kedatangan Kebo Iwa, dan mengajukan permintaan kepadanya agar berkenan membuat sumur air yang nantinya akan dipersembahkan untuk wanita calon pendampingnya, dan bisa dimanfaatkan rakyat Majapahit yang saat ini sedang kekurangan air.

Kebo Iwa memiliki jiwa besar dan lurus hatinya, akhirnya dia pun meluluskan permintaan tersebut. Lalu Kebo Iwa segera membuat sebuah sumur air di tempat yang telah ditentukan. Dalam waktu yang cukup singkat, sumur telah tergali cukup dalam.

Namun belum ada mata air yang keluar. Sementara di atas lubang sumur yang digali Kebo Iwa, para prajurit Majapahit terlihat berkerumun, nampak mereka memusatkan perhatian pada Gajah Mada. Seakan mereka menantikan sesuatu perintah.

Tiba-tiba Gajah Mada memerintahkan untuk menimbun sumur yang digali Kebo Iwa dengan batu. Seketika itu juga, para prajurit menimbun kembali lubang sumur yang sedang dibuat Kebo Iwa.

Kebo Iwa sangat terkejut dan berusaha menahan jatuhnya batu. Dalam waktu yang singkat, lubang sumur itu pun tertutup rapat. Mengubur Kebo Iwa di dalamnya.

Tapi tiba-tiba timbunan batu melesat ke segala penjuru, menghantam prajurit Majapahit. Batu-batu yang ditimbun melesat kembali ke angkasa dibarengi dengan teriakan prajurit Majapahit yang terhempas. Dari dalam sumur, keluarlah Kebo Iwa, yang ternyata masih terlalu kuat untuk dikalahkan.

Kebo Iwa lalu menyerang Gajah Mada dengan kemarahan dan dendam. Akibat amarah dan dendam yang dirasakan Kebo Iwa, pertempuran berlangsung sengit. Disela-sela saling serang Gajah Mada berteriak: "Untuk memersatukan dan memperkuat Nusantara, segenap kerajaan hendaklah dipersatukan terlebih dahulu. Dan kau berdiri di garis yang salah sebagai seorang penghalang !". Pertempuran antara keduanya masih berlangsung hebat, namun amarah Patih Kebo Iwa mulai menyurut. Rupanya saat Kebo Iwa bertempur dia berpikir harus membuat keputusan yang sulit.

Kata Kebo Iwa dalam hati kecilnya: "Kerajaan Bali pada akhirnya akan dapat ditaklukkan oleh usaha yang kuat dari orang ini (Gajah Mada). Keinginannya untuk mempersatukan Nusantara agar menjadi kuat kiranya dapat aku mengerti kini. Namun apabila aku menyetujui niatnya dan ragaku masih hidup, apa yang akan aku katakan nantinya pada Baginda Raja Bali sebagai sangkalan atas sebuah prasangka pengkhianatan,".

Lalu Kebo Iwa berkata: "Wahai Patih Gajah Mada! Cita-citamu untuk membuat Nusantara menjadi satu dan kuat kiranya dapat aku mengerti. Namun selama ragaku tetap hidup sebagai abdi rajaku, aku akan menjadi penghalangmu. Maka, taklukkan aku, hilangkan kesaktianku dengan menyiramkan bubuk kapur ke tubuhku,". 

Pernyataan Kebo Iwa rupanya membuat terkesiap Gajah Mada. Namun Gajah Mada yang mengerti atas keinginan Kebo Iwa, lalu menghantamkan tangannya ke batu kapur, batu itupun luluh lantak menjadi serpihan bubuk.

Gajah Mada menyapukan bubuk tersebut ke arah Kebo Iwa dengan ilmunya, bubuk kapur menyelimuti tubuh sang patih. Nampak Kebo Iwa, sesak napasnya oleh karena bubuk kapur tersebut. 

Bubuk kapur tersebut membuat pernapasan Kebo Iwa menjadi terganggu, hal tersebut mengakibatkan kesaktian Kebo Iwa menjadi lenyap. Gajah Mada lalu melesat dan menusukkan kerisnya ke tubuh Kebo Iwa. Dengan gugurnya Kebo Iwa maka satu kekuatan besar Kerajaan Bali dapat dilumpuhkan

Jauh sebelum menaklukkan Kerajaan Bali, untuk menyatu di bawah kekuasaan Majapahit. Gajah Mada menapaki karir dari seorang Bekel Bhayangkara. Dia menjadi buah bibir, karena memiliki jasa besar, terutama setelah bersama 15 orang Bhayangkara menyelamatkan Raja Jayanegara, dari serangan Ra Kuti beserta pasukan dharmaputranya.

Gajah Mada berhasil memadamkan pemberontakan Ra Kuti. Gajah Mada juga yang menikam Ra Tanca hingga tewas, setelah memergoki Tanca menghabisi Raja Jayanegara. Di masa pemerintahan Bhre Kahuripan dan Bhre Daha.

Gajah Mada juga berandil besar dalam penumpasan pemberontakan Sadeng dan Keta. Terhadap semua hambatan yang muncul dalam mewujudkan Sumpah Palapa, Gajah Mada tidak segan mengambil langkah pemusnahan. Termasuk kepada Kembar dan Warak yang telah mengejek sumpahnya.

Gajah Mada yang murka karena merasa diejek oleh Kembar, usai mengucapkan Sumpah Palapa. Langsung menghabisi Kembar. "Di luar panangkilan, Kembar dan Warak dimusnahkan. Itulah kesempatan baik untuk melampiaskan dendamnya kepada Kembar yang telah mendahului mengepung Sadeng," tulis Slamet Muljana. Dalam menjalankan politiknya, Gajah Mada lebih dulu menyingkirkan para perintangnya. "Demikianlah telah terjadi perubahan susunan kabinet pada awal pemerintahan Gajah Mada," tulis Slamet Muljana.

Gajah Mada betul-betul membuktikan sumpahnya. Selama 21 tahun menjabat mahapatih Majapahit, ia berhasil menundukkan negara-negara di luar Kerajaan Majapahit. Gurun (Lombok), Seran (Seram), Tanjung Pura (Kalimantan), Haru (Sumatra Utara), Pahang (Malaya), Dompo, Bali, Sunda, Palembang (Sriwijaya) dan Tumasik (Singapura), menyatakan takluk. Sesuai sumpah yang diucapkan. Setelah semua mengakui kebesaran Majapahit, Gajah Mada melakukan amukti palapa (Istirahat). "Lamun huwus kalah nusantara insun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".****

Editor : Dian Burhani

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network