JAKARTA, iNewsBadung.id - Terapi koreksi hormon atau disebut juga Hormone Replacement Therapy dipercaya dapat menghambat proses penuaan dan kembalikan kondisi fisiologis tubuh.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh Medical Director QuickGlam Dr Haekal Anshari M Biomed (AAM) melalui siaran persnya pada Kamis 4 November 2022.
Haekal menjelaskan bahwa terapi itu juga terbukti ilmiah membantu mengatasi gejala-gajala penurunan hormon dan mencegah komplikasi penyakit akibat kondisi hormon yang turun.
Layanan Hormone Replacement Therapy tidak terbatas hanya untuk laki-laki, tapi juga untuk perempuan yaitu dengan koreksi gangguan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron.
Dikatakan bahwa dengan menjaga keseimbangan hormon maka turut membantu memperbaiki masalah seksual dalam rumah tangga.
"Tapi umumnya, pasangan suami istri tidak tahu dan kurang paham dengan tahapan tersebut, jadi lebih banyak mempersingkat foreplay, akibatnya istri belum terangsang optimal," ungkap Haekal.
Ia menambahkan, hal itu menimbulkan kesalahpahaman antara suami dan istri yang berisiko mengganggu keharmonisan hubungan rumah tangga.
Dokter Haekal juga menyampaikan bahwa gangguan hormon bisa menyebabkan disfungsi seksual yang sering dialami oleh pihak suami, yaitu Hipogonadisme.
Hipogonadisme pada laki-laki atau juga dikenal sebagai Testosterone Deficiency Syndrome (TDS), merupakan kondisi seorang laki-laki yang mengalami penurunan hormon testosteron.
Sehingga menyebabkan berbagai gangguan kesehatan termasuk menurunnya dorongan seksual dan ereksi penis yang kurang kuat (disfungsi ereksi).
Selain gangguan fungsi seksual, defisiensi hormon testosteron dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan antara lain obesitas, lingkar pinggang membesar, susah konsentrasi, daya tahan fisik berkurang, penurunan kemampuan olahraga, mudah emosi hingga sindroma metabolik.
Untuk itulah, terapi koreksi hormon diyakini bisa mengatasi berbagai masalah kesehatan yang diakibatkan oleh faktor hormonal.***
Editor : Klasik Herlambang
Artikel Terkait