BALI, iNewsBadung. id– Untuk pertama kalinya Indonesia mengadakan Indonesia International Cancer Conference 2024 di Bali.
Acara yang didukung oleh asosiasi internasional dan nasional dari lintas spesialis serta dihadiri oleh ribuan dokter dari berbagai negara bertujuan untuk meningkatkan deteksi dini kanker payudara.
Ketua Scientific IICC dan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi, Prof. Dr. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Onk.Rad (K) mengatakan, kebanyakan pasien kanker yang diterapi sudah dalam stadium lanjut.
Menurutnya, deteksi dini akan meningkatkan keberhasilan penanganan kanker payudara secara signifikan sebanyak 43%, jika pasien rutin melakukan deteksi dan menghindari faktor risiko penyebab kanker.
"Sesuai pilar transformasi kesehatan dalam SDM kesehatan, tenaga kesehatan juga perlu meningkatkan pengetahuan dan keahlian dalam melakukan deteksi dini maupun penanganan pasien kanker payudara, termasuk didalamnya, pengoperasian teknologi yang digunakan," ujar dr Soehartati, Jumat (4/10).
Berdasarkan data Globocan tahun 2022,fakta bahwa jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 66.271 atau 16,2% dari total kasus kanker baru. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22.598 kasus.
Namun, berdasarkan studi, hanya 5% perempuan Indonesia yang mengetahui mengenai pemeriksaan dini kanker payudara, seperti dengan metode ultrasonografi dan mamografi.
Bahkan menurut ACS Journal, diperkirakan 25% perempuan yang membutuhkan pemeriksaan (berusia 40 tahun ke atas) belum melakukannya dalam 2 tahun terakhir, dan hampir 40% perempuan dengan penghasilan rendah belum pernah melakukan mammogram sama sekali.
Soehartati mengatakan, dengan bekal transfer of knowledge dan adaptasi terhadap teknologi terbaru sangatlah penting, dirinya optimis Indonesia bisa menurunkan angka kejadian kanker payudara.
Saat ini, Kementerian Kesehatan RI telah mengenalkan deteksi dini kanker payudara seperti Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara secara Klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (SADANIS).
Selain itu, deteksi dini kanker payudara juga dapat dilakukan dengan metode mamografi, dimana melalui citra ultrasonografi dan mamografi, dokter bisa melihat jaringan yang tampak berbeda dari struktur sel normal.
Prof. Soehartati melanjutkan, IICC 2024 merupakan platform bagi para ahli di tingkat internasional dan nasional, komunitas internasional, para pengambil keputusan, ahli teknologi, pelaku industri kesehatan, dokter, dan pemangku kepentingan lainnya.
"Semua yang hadir berinteraksi, berdiskusi, dan memberikan solusi terbaik dan akses yang cepat terhadap produk kesehatan berkualitas tinggi yang mendukung pengobatan kanker," tandasnya.
Kemajuan teknologi dalam deteksi dini, merupakan salah satu topik yang akan dibahas. "Saya berharap, para partisipan dapat bersama-sama mendukung turunnya angka kematian yang disebabkan oleh kanker payudara,” tukasnya.
Acara penting ini mencakup berbagai topik. Mulai dari perkembangan terbaru dalam penelitian medis dan metode pengobatan inovatif hingga strategi perawatan pasien yang komprehensif dan juga mendukung transformasi layanan kesehatan.
Berbagai seminar, simposium dan workshop dapat diikuti oleh para peserta. "Salah satunya, Breast Screening Workshop untuk para dokter dan Breast screening secara gratis untuk seluruh peserta.
Dokter Spesialis Radiologi Konsultan Payudara dan Reproduksi Perempuan, RS Kanker Dharmais, dr Kardinah, SpRad PRP(K) mengatakan, deteksi dini sangat penting.
Sebab, apabila kanker payudara dapat dideteksi pada stadium dini dan diterapi secara tepat maka tingkat kesembuhan cukup tinggi (80-90%).
Pada acara tersebut, dr Kardinah, SpRad, PRP(K) juga akan mensosialiasasikan Guideline Mamografi, yaitu panduan bagi para dokter radiologi untuk menggunakan mamografi.
Sosialisasi ini untuk mendukung upaya Kementerian Kesehatan RI yang akan membagikan lebih dari 300 alat mamografi ke rumah sakit di Indonesia, sehingga kemampuan para dokter radiologi dalam menggunakan dan membaca hasil radiologi perlu disiapkan.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta