SUKOHARJO, iNewsbadung.id - Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta (PSBPS UMS) gandeng Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Umum (LBIPU) tingkatkan kepekaan toleransi, keberagaman dan keterampilan pedagogis.
Pelatihan nasional ini digelar karena masih kurangnya keseriusan dalam mengimplementasikan Pancasila, sehingga mengakibatkan masyarakat cenderung melihat keberagaman dan perbedaan etnis, suku, serta agama bukan sebagai kekayaan, tetapi sebagai beban, atau ancaman.
Kerjasama PSBPS UMS dengan LBIPU ini telah menginisiasi program revitalisasi, institusionalisasi dan standardisasi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi Indonesia (RISP3TI).
Menurut Yayah Khisbiyah, Direktur Eksekutif PSBPS UMS, kegiatan ini merupakan bentuk komitmen Muhammadiyah dalam mendukung Pancasila sebagai Darul ’Ahdi Wa Syahadah.
Ditambahkan Yayah Khisbiyah, pelatihan ini memiliki tujuan menjadikan Pancasila bukan sekedar teori, namun diejawantahkan dalam perilaku.
Program yang didukung Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah dan konsorsium Harmoni ini disebutkan Yayah Khisbiyah sebagai respon atas kemunduran demokrasi, bukan hanya yang terjadi di masyarakat, tetapi juga di lingkup penyelenggara negara.
"Dari sana, PSBPS melihat peluang bagaimana cara menyemai nilai-nilai Pancasila dalam lokus perguruan tinggi yang mempunyai massa cukup banyak," ujar Yayah Khisbiyah.
Salah satu aktivitas dalam program ini adalah pelatihan nasional Pancasila sebagai Laku, yang diharapkan dapat meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogi dosen pengampu mata kuliah Pancasila, terutama pada aspek wawasan toleransi, keberagaman dan pembelajaran aktif.
Pelatihan ini juga digelar untuk memastikan pembelajaran Pancasila sesuai standar proses, dengan capaian pembelajaran mata kuliah yang tidak sekedar di ranah kognitif.
Mewakili Rektor UMS, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, Wakil Rektor I UMS mengungkapkan bahwa mata kuliah Pancasila yang dahulu pernah menjadi momok dalam ujian negara, harus diubah.
Dari yang semula sebagai hafalan menjadi amalan, karena nilai Pancasila harus dibumikan dalam bentuk perilaku di berbagai kalangan, terutama generasi muda.
"Dalam hal ini, UMS sudah memberikan konsep baru, yaitu Pancasila sebagai Laku, bukan hanya Hafalan tetapi harus menjadi amalan, menjadi laku,” terang Harun Joko Prayitno.
Harun Joko Prayitno menambahkan, gagasan atau ide program Pancasila sebagai Laku adalah sebuah invensi baru.
Karena itu, apabila berkaca pada empat pilar UNESCO, selama ini Pancasila masih pada tataran “learning to know” saja, tetapi dalam program ini Pancasila sudah berhasil mencapai tataran “learning to do”.
Ke depan, Harun Joko Prayitno berharap program ini bisa diterjemahkan dalam sebuah program dengan menaikkan level menjadi “learning to be” sampai “learning to live together”.
Pelatihan kelima dari tujuh wilayah yang direncanakan ini disebutkan Andi Bayu Bawono, perwakilan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, bahwa program ini berasal dari berbagai keresahan, antara lain adanya degradasi moral di lingkup masyarakat.
Bahkan Pancasila sebagai dasar negara dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa, dalam dua dekade ini mengalami penurunan makna.
Sementara Mohammad Thoyibi, Direktur Riset dan Publikasi PSBPS menjelaskan bahwa pemerintah Orde Baru berusaha memastikan bahwa sosialisasi Pancasila mencapai ke seluruh lapisan masyarakat, termasuk aparat sipil negara (ASN), militer, pelajar, mahasiswa, masyarakat umum dan para ibu rumah tangga melalui paket-paket penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
Thoyibi mengungkapkan hasil penelitian PSBPS, bahwa materi pembelajaran Pendidikan Pancasila tidak kontekstual, metode pembelajaran dosen monoton dan capaian pembelajaran belum menyentuh ranah afektif.
Karena itu, melalui pelatihan nasional ini, pengampu Pancasila diharapkan dapat menerapkan pendekatan pedagogis dengan menggunakan metode pembelajaran lebih interaktif, kritis dan reflektif.
“Dengan materi yang kontekstual, peserta didik diharapkan dapat lebih menghayati realitas kemajemukan bangsa Indonesia, sehingga peserta didik mempunyai pandangan kritis, serta dapat mengasah keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi," lanjut Thoyibi di Ruang Seminar Pascasarjana UMS.
Abdillah, salah satu peserta dari Universitas Negeri Semarang, mengaku senang dapat mengikuti pelatihan yang digelar belum lama ini di UMS Surakarta, apalagi sebagai dosen, Abdillah merasa masih kurang pengalaman dalam mengampu Pancasila.
Disebutkan Abdillah, dirinya mendapatkan amanah mengajar Pancasila dalam dua tahun terakhir, padahal tidak berlatar belakang pendidikan Pancasila.
"Saya merasa butuh ilmu lagi dan berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut,” urai Abdillah.
Pinem, peserta dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, menyebutkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang luhur seharusnya menjadi pijakan.
"Sebaliknya, Pancasila semakin jauh dari perilaku kita. Mirisnya lagi, Pancasila semakin teranaktirikan dalam berbangsa dan bernegara," urai Pinem.
Pinem berharap, selain pembelajaran Pancasila yang menarik dengan sistem pembelajaran aktif, Pancasila juga bisa dijadikan sebagai penggerak masyarakat untuk menjadikan nilai-nilainya bukan sekedar kata-kata, namun juga laku.
Karena itu, ditambahkan Pinem, kesatuan antara kata dan laku betul-betul menjadi harapan semua orang dan menjadi aksi nyata di tengah kehidupan.
Pelatihan yang diikuti wilayah Jakarta dan Jawa Barat Jakarta (Universitas Muhammadiyah Jakarta), Kalimantan (Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur), Sumatra (Universitas Jambi), Jawa Timur dan Indonesia Timur (Universitas Muhammadiyah Surabaya) ini diharapkan dapat menjadi resonansi ke seluruh kampus dan sekolah-sekolah di Indonesia.
Selain itu, pelatihan ini juga diikuti dari Universitas Negeri Semarang, Universitas Ivet Semarang, Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, UIN Raden Mas Said Surakarta, UIN Salatiga, UNIMMA dan Universitas Borneo Tarakan.
Semoga tulisan tentang PSBPS UMS Gandeng LBIPU Gelar Pelatihan Nasional Tingkatkan Kepekaan Toleransi, dapat bermanfaat bagi para pembaca, jangan lupa share dan nantikan selalu tulisan lain hanya di iNewsbadung.id. ***
Editor : Asarela Astrid