Kemudian penyerbuan ke benteng Vredeburg Belanda dan keraton Yogya-Mataram karena Raden Mas Said marah VOC membakar dan menjarah harta benda penduduk desa.
Dalam berperang Raden Mas Said menggunakan motto yang menjadi semangat bertempur pasukannya yakni 'tiji tibeh' (mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh) yang artinya gugur satu gugur semua, sejahtera satu sejahtera semua.
Salah satu lokasi yang dijadikan lokasi benteng pertahanan Pangeran Sambernyawa adalah wilayah Sapta Tirta Pablengan.
Meski bentengnya hancur, namun Sapta Tirta Pablengan tidak terusik. Bahkan tentara VOC mengaku kalah dengan taktik perang gerilya Pangeran Sambernyawa dan pasukannya.
Salah satu lokasi yang dijadikan lokasi benteng pertahanan Pangeran Sambernyawa adalah wilayah Sapta Tirta Pablengan.
Meski bentengnya hancur, namun Sapta Tirta Pablengan tidak terusik. Bahkan tentara VOC mengaku kalah dengan taktik perang gerilya Pangeran Sambernyawa dan pasukannya.
Juru kunci sekaligus pengelola lokasi wisata Sapta Tirta Pablengan, Sugeng, mengatakan Pangeran Samber Nyawa mendapat petunjuk dari Yang Maha Kuasa untuk mandi menggunakan air dari Sapta Tirta Pablengan.
Semua proses tersebut memiliki makna tertentu kenapa harus mandi dari tujuh mata air tersebut.
Untuk mandi yang pertama, Pangeran Samber Nyawa mandi dengan menggunakan sumber air bleng, yang bertujuan 'ngeblengke tekad' ( menyatukan tekad) pikiran, hati dan keinginan untuk mengusir Belanda dari wilayah Mataram.
Proses mandi yang kedua menggunakan air urus-urus, yang bermakna agar segala tujuannya terurus dengan baik.
Yang ke tiga mandi dengan menggunakan sumber air londo (soda) agar memperoleh kesegaran jasmani dan rohani dengan cara meminumnya.
Selanjutnya Pangeran Samber Nyawa mandi di sumber air hidup dan sumber air mati. Tujuannya agar segala cita-cita perjuangan, hidup dan matinya di pasrahkan pada Tuhan YME.
Sumber air hidup sampai saat ini airnya terus bergerak seperti air yang sedang di rebus.
Tak hanya untuk dirinya saja, kala itu Pangeran Samber Nyawa juga menggembleng prajuritnya di Sapto Tirto. Bahkan Sapto Tirto disebut sebagai Candradimukanya bagi para prajurit Samber Nyawa.
Disini para prajurit di mandikan dengan sumber air kasekten (kesaktian) dengan tujuan agar prajuritnya memiliki kekuatan, keberanian dan kewibawaan dan memiliki jiwa patriotisme agar dapat mengusir penjajah Belanda dari bumi Mataram.
Akhirnya sebagai penutup Pangeran Samber Nyawa mandi menggunakan air kamulyan atau air hangat tujuannya agar semua cita-citanya mengusir Belanda mendapat kemulyaan dan ketentraman bagi rakyat Mataram.
"Jika dulu Sapta tirta dipercaya digunakan oleh Pangeran Samber Nyawa ketika menempa olah kanuragan atau kesaktian. Sekarang Kini pemandian Sapta Tirta menjadi tempat wisata spritual yang banyak dikunjungi oleh peziarah, pungkasnya.***
Editor : Bramantyo