Sedangkan Gudel (anak kerbau) melambangkan orang bodoh. Kalimat “mambu ketundhung gudèl” bermakna orang bodoh lebih mementingkan mencari harta duniawi dengan menghalalkan segala cara, korupsi, jual beli jabatan tujuannya hanya mencari kebahagiaan sesaat. Orang bodoh dan bebal ini tidak beda dengan orang tua ompong yang kebingungan (Pak empo lera-lere). Meskipun berlimpah harta, namun bukan harta atau kebahagiaan abadi.
Mereka kebingungan dan selalu gelisah karena dikuasai keserakahannya sendiri. Sopo ngguyu ndhelikake diartikan siapa tertawa dia yang menyembunyikan. Mengandung pesan siapa bijaksana, merekalah yang menemukan kebahagian sejati. Merekalah orang orang yang tersenyum dalam menjalani kehidupan, walaupun berada hidup tengah-tengah dunia yang penuh keserakahan.
Sir (hati nurani) pong dhele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Maksudnya hati nurani yang kosong. Untuk sampai kepada kebahagiaan yang sejati harus menghindari dari kecintaan kepada kekayaan duniawi yang sifatnya hanya sementara, rendah hati, tidak meremehkan orang lain, serta selalu melatih kepekaan Sir atau hati nuraninya.
Makna keseluruhan lirik yang terkandung pada tembang Cublak-Cublak Suweng yang diciptakan Sunan Giri adalah untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukan kebahagian, dan tidak tersesat jalan hingga lupa akan akhirat.
Tembang Cublak-Cubak Suweng juga sarat pesan moral. Nilai moral yang terkandung dalam lirik tembang Cublak-Cublak Suweng yaitu ajaran moral hubungan manusia dengan Tuhan, ajaran moral hubungan manusia dengan manusia, ajaran moral hubungan manusia dengan diri sendiri, dan ajaran moral hubungan manusia dengan alam.
Sunan Giri memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang keluarga ibunya, seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma).
Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah Maulana Ishak meninggalkan keluarga isterinya dan berkelana hingga ke Samudra Pasai. Sunan Giri juga menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar.
Sunan Giri sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri. Pesantrennya tidak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat.
Editor : Asarela Astrid