Begitu bersemangatnya warga jemaat dengan adanya gedung gereja yang baru, maka meskipun pembangunan gedung gereja belum selesai 100 persen, atas kehendak warga Jemaat serta kesepakatan dengan Klasis Yogyakarta Timur wilayah 7 (Condongcatur dan sekitarnya) pada tanggal 5 Juli 1984, didewasakan dan diberi nama GKJ Condongcatur, dengan warga jemaat 356 jiwa.
Persembahan tanah 1850 m² Warga Dusun dan berdirinya Pepanthan Karangbendo.
Pelayanan Gerejawi GKJ Ambarukmo terus berkembang, kali ini ke arah selatan di Dusun Karangbendo, Banguntapan, Kabupaten Batul, Yogyakarta. Di dusun Karangbendo ini, terjadi peristiwa bersejarah bagi perkembangan GKJ Ambarukmo.
Peristiwa bersejarah itu adalah digerakannya hati dua keluarga di dusun Karangbendo, yaitu keluarga Hardiyono Yoram dan keluarga Drs. Toekidjo.
Kedua keluarga yang memiliki tanah bersebelahan seluas 1850 m² itu mempersembahkan tanahnya agar bisa dibangun gedung gereja. Langkah bersejarah kedua keluarga ini diikuti keluarga-keluarga Kristen lainnya di dusun Karangbendo, yaitu keluarga Handoko Murwitosusanto, Samuel Soeharto, dan keluarga Drs.Toekidjo yang mempersembahkan tanahnya untuk akses jalan masuk ke gedung gereja, selebar 5 meter dan panjang 60 meter.
Peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja di dusun Karangbendo ini dilaksanakan pada 2 Oktober 1983.
Meskipun pembangunan gedung gereja belum selesai seluruhnya, atas usul warga jemaat Karangbendo, gedung gereja tersebut mulai digunakan untuk ibadah Minggu pada tanggal 16 Agustus 1985.
Pembangunan gedung gereja di Karangbendo tersebut menghabiskan dana sebesar Rp25 juta, dan peresmiannya dilaksanakan tanggal 17 September 1986 oleh Bupati Bantul.
Editor : Asarela Astrid