get app
inews
Aa Text
Read Next : Masjid Menara Kudus, Jejak Perkembangan Sejarah Islam dengan Ornamen Luar Biasa

Strategi Dakwah Sunan Kudus, Mengikat Sapi di Halaman Masjid

Rabu, 12 April 2023 | 20:39 WIB
header img
Uniknya strategi dakwah Sunan Kudus, antara lain mengikat sapi di halaman masjid. Foto : okezone

KUDUSiNewsbadung.id - Sunan Kudus berdakwah agama Islam seperti para wali yang lain yaitu dengan kebijaksanaan, tidak memakai kekerasan atau paksaan. 

Strategi dakwah Sunan Kudus bahkan terbilang unik, yaitu dengan mengikat sapi di halaman masjid, dimana hal itu dilakukan Sunan Kudus agar masyarakat sekitar tertarik datang masuk ke Masjid Menara Kudus.

Dilansir iNewsbadung.id dari buku Jejak Para Wali, strategi dakwah Sunan Kudus dengan cara mengikat sapi kesayangannya, Kiai Gumarang di halaman masjid, karena dilandasi pemikiran bahwa dalam kepercayaan masyarakat lama di Kudus, sapi adalah binatang yang dihormati, sehingga jarang orang memiliki sapi, karena hewan ini biasanya hanya dimiliki orang-orang tertentu atau pemuka-pemuka masyarakat.

Dengan strategi dakwah yang unik seperti itu, orang akhirnya berbondong-bondong datang ke masjid, yang tujuan awalnya adalah melihat dan menghampiri sapi, binatang yang langka dan dihormati itu.

Namun ketika sudah banyak orang berkumpul di masjid, Sunan Kudus dengan cerdik, menyampaikan wejangan-wejangan ringan terkait dengan ajaran Islam.

Yang tidak kalah menarik dengan strategi dakwah mengikat sapi di masjid itu, Sunan Kudus pada akhirnya juga melarang jamaahnya untuk menyembelih sapi, walaupun dalam Islam hal itu dihalalkan. 

Hal ini sebagai wujud strategi menarik simpati masyarakat yang kebanyakan saat itu menganggap sapi sebagai makhluk yang suci dan dihormati. 

Ternyata strategi dakwah yang dilakukan Sunan Kudus ini berhasil dengan gemilang, sehingga dalam waktu yang tidak lama Islam dapat diterima dan dianut sebagian besar masyarakat Kudus. 

Dan sikap Sunan Kudus yang melarang jamaahnya agar tidak menyembelih sapi pada saat Hari Raya Idul Adha masih tetap dipertahankan hingga sekarang oleh warga Kudus, dengan demikian Sunan Kudus lebih mengedepankan toleransi dan harmoni.

Strategi dakwah Sunan Kudus berikutnya adalah mengubah tembang dan cerita ketauhidan, apalagi Sunan Kudus dikenal sebagai penyair dan pengubah cerita rakyat yang bervisi ketauhidan. 

Buah karyanya adalah lagu gending Maskumambang dan Mijil, bahkan dalam banyak hal Sunan Kudus mencoba mewarnai gending atau cerita-cerita tertentu yang semula kering dari nilai Islam, diisi semangat ketauhidan.

Kebiasan berdakwah yang unik lain dari Sunan Kudus adalah mengadakan acara “bedhug dhandang”, yaitu kegiatan menunggu datangnya bulan suci Ramadhan. 

Untuk mengundang para jamaah agar segera datang ke masjid, Sunan Kudus menabuh bedug bertalu-talu, dan setelah jamaah berkumpul, Sunan Kudus segera mengumumkan kapan persisnya hari pertama puasa.

Cara berdakwah berikutnya yang dipakai oleh Sunan Kudus dalam  mendekati masyarakat adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. 

Hal itu terlihat dari bentuk arsitektur Masjid Kudus, dimana bentuk menara, gerbang dan pancuran atau padasan wudhu pun konon melambangkan delapan jalan Budha. 

Ini merupakan sebuah wujud kompromi dan toleransi yang dilakukan Sunan Kudus untuk mengenalkan Islam. 

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan, dimana kisah tersebut disusun secara berseri, sehingga masyarakat tertarik mengikuti kelanjutannya. 

Sebuah pendekatan yang sepertinya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah, dan dengan begitu Sunan Kudus mengikat masyarakat agar senantiasa mau datang ke masjid.

Secara umum metode dakwah Wali Songo dikenal dengan pendekatan kultural (budaya) sehingga memberikan watak Islam yang ramah, damai, dan toleran.  

Masing-masing wali memiliki keunikan sendiri-sendiri sejalan dengan watak sosial dan budaya daerah yang disinggahi para wali tersebut.

Strategi dakwah berikutnya yang dijalankan Sunan Kudus adalah pendekatan struktural kekuasaan, seperti diketahui dalam struktur “Dewan Wali” Sunan Kudus dipercaya sebagai Panglima perang di Kerajaan Demak Bintoro. 

Sunan Kudus juga dikenal sebagai “eksekutor” ketika terjadi ketetapan hukum atas sebuah masalah yang diputuskan Dewan Wali Songo. 

Strategi dakwah Sunan Kudus yang menggunakan pendekatan struktural kekuasaan yaitu dengan cara mengIslamkan penguasa atau ikut terlibat dalam pendirian kekuasan baru, seperti kesultanan Demak dan Cirebon.

Bahkan untuk memperkuat posisinya, 
Sunan Kudus ikut terlibat sebagai senopati di Kasultanan Demak.

Disamping berdakwah lewat jalur struktural kekuasaan, Sunan Kudus dalam memulai dakwah di daerah Kudus enam abad yang lalu juga melalui jalur pendekatan kultural atau budaya masyarakat setempat.

Beberapa model dakwah Sunan Kudus yang mengedepankan pendekatan kultural (budaya) diantaranya dilakukan dengan cara akulturasi.

Pola akulturasi ini sangat kental dalam strategi dakwah Sunan Kudus, dimana  mencoba membawa unsur-unsur budaya baru, sarat dengan muatan Islami, namun tetap mempertahankan unsur-unsur budaya lama yang melekat dalam masyarakat Kudus saat itu. 

Jauh sebelum kehadiran Islam yang dibawa Sunan Kudus, kebanyakan masyarakat memiliki kepercayaan yang cenderung bertentangan dengan tauhid. 

Akulturasi Islam dan budaya lokal adalah salah satu strategi Sunan Kudus, dan beberapa bentuk alkuturasi budaya lokal yang dekat dengan tradisi Hindu dengan nilai-nilai Islam dapat dicermati dalam bentuk arsitektur bangunan menara Kudus. 

Kalau diperhatikan, bentuk menara Kudus itu menyerupai bangunan pura di Bali atau Candi Jago peninggalan Hindu, Budha di Malang.

Bentuk lain pola alkuturasi juga bisa dilihat pada delapan pancuran atau padasan kuno, dimana tiap-tiap pancuran dihiasi relief arca sebagai ornamen penambah estetika. 

Pancuran wudhu itu mengadopsi ajaran Budha, Asta Sanghika Marga yakni delapan jalan utama yang menjadi pegangan umat saat itu dengan merujuk pada delapan aspek yang penting dalam kehidupan yakni pengetahuan, keputusan, perbuatan, cara hidup, daya, usaha, meditasi, dan keutuhan. 

Semoga tulisan strategi dakwah Sunan Kudus, mengikat sapi di halaman Masjid ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. 

Nantikan selalu tulisan-tulisan lain hanya di iNewsbadung.id dan silahkan share tulisan ini. ***

Editor : Asarela Astrid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut