Hoyi memesona sejak kecil. Pada saat menginjak usia remaja, kulit terang, mata sipit serta alis halus melengkung gadis berwajah rupawan itu menjadi buah bibir. Kabar tentang pesona itu sampai ke telinga Amangkurat I.
Raja Mataram itu terpikat dan ingin memperistrinya. Roro Hoyi akhirnya diboyong ke keraton Mataram. Namun karena dianggap belum cukup dewasa, Roro Hoyi lebih dahulu dititipkan kepada Bei Wirorejo.
Hoyi mendapat pelajaran etika. Ia diajari bagaimana menerapkan laku unggah-ungguh di lingkungan keraton Mataram. Masalah timbul ketika Pangeran Tejaningrat, putra Amangkurat I diam-diam juga menaruh hati kepada Roro Hoyi.
Tejaningrat ingin memperistrinya. Namun begitu tahu Hoyi adalah calon istri ayahnya, niatnya diurungkan. Akibatnya Tejaningrat jatuh sakit. Tahu hal itu Pangeran Pekik merasa iba.
Pangeran Pekik tidak tega melihat cucunya sakit, gara-gara asmara yang tidak terlaksana. Diam-diam ia kawinkan Tejaningrat dengan Roro Hoyi. Mengingat Tejaningrat adalah anak Amangkurat I sendiri, Pangeran Pekik menduga jika Amangkurat I akan maklum dengan pernikahan Tejaningrat dan Roro Hoyi.
Pangeran Pekik salah besar. Amangkurat I yang murka justru menuduhnya telah melakukan persekongkolan untuk merongrong tahta Mataram.
Akibatnya Pangeran Pekik dihukum gantung di alun-alun hingga tewas. Begitu juga dengan Bekel Bei Wirorejo, pengasuh Roro Hoyi juga digantung sampai mati.
Sementara Tejaningrat putranya mendapat hukuman menghabisi Roro Hoyi. Tejaningrat tak kuasa menolak perintah raja yang merupakan ayah kandungnya. Gadis yang dicintainya itu tewas di tangannya.
Sejak peristiwa itu, Tejaningrat diangkat menjadi Adipati Anom. Amangkurat I merupakan Raja Mataram yang menjadi sekutu kompeni Belanda. Pemerintahannya diwarnai banyak pemberontakan.
Yang paling besar adalah pemberontakan Trunojoyo, di mana Amangkurat I sampai keluar istana. Amangkurat I meninggal dunia dalam pelarian di wilayah Banyumas. Ia mendapat julukan sebagai Sunan Tegalarum atau Tegalwangi.***
Editor : Dian Burhani