Mengungkap Makna Tumpek Landep, Tradisi di Bali yang Dipercaya untuk Kesejahteraan Rakyat

BADUNG, iNewsbadung.id - Tumpek Landep adalah sebuah tradisi masyarakat Bali, yang dilakukan secara turun temurun, meskipun zaman sudah berkembang.
Tradisi Tumpek Landep ini dipercaya memiliki makna mendalam apalagi ajaran agama Hindu di Bali sangat kuat.
Inilah catatan iNewsbadung.id dalam mengungkap makna Tumpek Landep di Bali, dihimpun dari tamanbali.desa.id serta inputbali.com.
Tumpek Landep adalah hari raya pemujaan bagi Ida Bhatara Sang Hyang Siwa Pasupati, yang merupakan dewanya taksu.
2. Puji Syukur
Sebagai rentetan sesudah hari raya Saraswati, seluruh umat Hindu melakukan Puji Syukur dalam Tumpek Landep.
3. Setiap 210 Hari
Dalam kalender Bali, yakni setiap Saniscara atau Sabtu Kliwon wuku Landep, atau setiap 210 hari sekali, masyarakat Hindu di Bali melakukan Tumpek Landep
4. Asal Kata Tumpek
Asal kata Tumpek adalah “Metu”, berarti bertemu, dan “Mpek” yakni akhir, sehingga Tumpek dimaknai sebagai hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca Wara diakhiri Kliwon dan Sapta Wara diakhiri Saniscara atau Sabtu.
5. Asal Kata Landep
Sementara kata Landep berarti tajam atau runcing, dimana selalu ada simbol digunakannya pusaka yang dipercaya memiliki sifat tajam, seperti keris.
6. Upacara bagi Benda-Benda
Saat Tumpek Landep, masyarakat tidak melakukan upacara untuk keris dan tombak saja, namun juga melakukan pada hasil cipta karsa manusia, antara lain mobil, sepeda motor, mesin, komputer dan sebagainya, yang bisa mempermudah hidup.
7. Jangan Salah Arti
Dalam konteks itu umat tidak berarti menyembah benda-benda teknologi, namun hanya memohon kepada Ida Sang Hyang Widi, sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahkan kekuatan benda tersebut sehingga mempermudah hidup.
8. Tonggak
Landep yang berarti tajam mempunyai filosofi bahwa Tumpek Landep adalah tonggak penajaman, citta, budhi dan manah (pikiran).
9. Kejernihan Pikiran
Umat diharapkan berperilaku berdasarkan kejernihan pikiran berlandaskan nilai-nilai agama, sehingga dengan pikiran suci mampu memilah dan memilih yang baik dan buruk.
10. Instrospeksi Diri
Tumpek Landep juga menjadi tonggak mulat sarira atau introspeksi diri untuk memperbaiki karakter agar sesuai dengan ajaran agama.
11. Ketajaman Pikiran
Saat melakukan persembahyangan di sanggah, merajan atau pura, umat memohon agar diberi ketajaman pikiran sehingga dapat berguna bagi masyarakat. ***
Editor : Bramantyo