SIDOARJO,iNewsbadung.id - Pemilihan bahan bangunan termasuk kayu sebelum membangun sebuah rumah, diyakini sangat berpengaruh pada kondisi yang ada di dalam rumah tersebut saat ditempati.
Ada banyak kayu yang biasa dipakai orang untuk membangun sebuah rumah. Kayu-kayu ini biasanya dipakai sebagai tiang-tiang penyangga ataupun rangka bagian atap rumah. Bagi yang terbilang berduit, tentu akan memilih jenis kayu yang mahal seperti jati. Sebab kayu jati dikenal sangat kuat dan bagus.
Sehingga cocok untuk dipakai sebagai bahan bangunan, agar bangunan bisa tahan lama. Namun bagi mereka yang dananya agak minim, maka pemilihan kayu yang lebih murah akan jadi pertimbangan.
Beberapa jenis kayu yang terbilang berharga murah banyak dijumpai di toko-toko bangunan. Mulai dari jenis kamper, meranti hingga glugu atau kayu kelapa. Khusus untuk kayu kelapa. Jenis kayu ini sekarang banyak diminati oleh masyarakat. Selain karena kuat,harga kayu jenis ini relatif murah.
Tak hanya itu. Bagi yang memiliki jiwa seni, kayu kelapa dipandang sebagai pilihan yang tepat karena memiliki corak serat yang bagus. Sehingga saat dibuat sebuah rumah, terutama yang didominasi oleh bahan kayu, pemilihan kayu kelapa sangatlah tepat. Karena rumah itu akan terlihat sangat indah dengan hiasan corak serat kayu yang terlihat.
Hanya saja khusus untuk pemilihan kayu kelapa sebagai bahan bangunan, di masyarakat ada pantangan tersendiri yang mengharuskan orang harus mempertimbangkan banyak hal sebelum memilih kayu jenis ini. Pantangan itu terutama bila kayu jenis ini dicampur dnegan kayu jenis lain saat dipakai sebagai bahan bangunan.
“Seringkali untuk menyiasati dana yang ada, seseorang terkadang melakukan pencampuran jenis kayu yang akan dipakai sebagi rangka. Hal ini sebenarnya tidak masalah asalkan tidak mencampurkannya dengan kayu jenis glugu. Sebab diyakini bisa membuat mendatangkan musibah bagi penghuni rumah,” ungkap Ir.Sudarto, seorang kontraktor bangunan asal Sidoarjo.
Musibah yang dimaksud oleh Sudarto di sini bukan musibah dalam arti yang besar. Sebab perpaduan dua unsur kayu yang terjadi, lebih pada terjadinya pembentukan energi negatif di dalam rumah.
Nah, kalau di dalam rumah didominasi oleh energi negatif, hal itu tentu akan berdampak buruk bagi para penghuninya. Dan salah satu dampak buruk itu adalah seringnya para penghuni diserang penyakit. Tak hanya itu, energi negatif juga diyakini bisa mengundang datangnya mahluk halus untuk tinggal di rumah itu.
Sehingga rumah akan jadi angker atau berhantu. Dan hal ini tentu akan menambah tingkat musibah yang dialami oleh para penghuni rumah. Sebab mereka tidak akan bisa hidup dengan tenang di dalam rumah itu.
Lalu bagaimana mungkin perpaduan dua jenis kayu yang berbeda ini bisa menyebabkan pancaran energi negatif.
Sudarto menjelaskan bahwa hal ini dipengaruhi oleh asal dari kayu tersebut, di mana kelapa selama ini identik dnegan laut, sedangkan kayu-kayu yang lain umumnya berasal dari hutan atau gunung. Nah pertemuan dua hal ini diyakini memiliki dampak yang kurang baik, sehingga terbawa saat dua jenis kayu yang berasal dari tempat-tempat tersebut dipertemukan.
“Saya sendiri cuma sekedar mengikuti petunjuk dari orang tua. Yang mana mereka selalu melarang pemakaian kayu glugu bersama dengan kayu lain, terutama jati. Selain bisa menyebabkan rumah jadi kurang beraura, konon rumah juga jadi tidak awet. Sebab katanya kalau dicampur dengan kayu lain, kayu glugu sekuat apapun akan jadi lemah. Sehingga mudah lapuk,” jelas pria yang suka mengoleksi keris ini.
Karena itulah, tiap kali menggarap proses pembangunan rumah seseorang, dan kebetulan dana yang dimiliki minim, Sudarto selalu menyarankan pemakaian kayu yang lain seperti nangka atau bambu untuk menambah kekurangan kayu yang ada. Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
“Saya kadang lebih menyarankan memakai bambu. Sebab bambu itu energinya netral. Sehingga dia tidak akan memiliki pengaruh apa-apa pada bahan yang lain. Dan tentunya juga tidak akan memiliki dampak buruk pada penghui rumah,” pungkasnya.***
Editor : Bramantyo