GKJ Wonogiri, 93 Tahun Jejak Injil di Kota Seribu Gunung

Airlangga Maryanto
GKJ Wonogiri jejak Injil di Kota Seribu Gunung. Foto : gkjwonogiriwordpress.com

WONOGIRI, iNewsbadung.id - Tahun 1916, jauh sebelum Indonesia Merdeka, Injil telah lebih dahulu masuk ke wilayah Wonogiri dan "memerdekakan" beberapa orang warganya. 

Berita Injil di kota dengan julukan Kota Seribu Gunung ini pertama kali diterima Karso Semito yang dilakukan Moedinah dari Yogyakarta, di desa Gemantar, Selogiri.

Dilansir iNewsbadung.id dari Sejarah Gereja GKJ Wonogiri, Karso Semito bersama kaum kerabatnya menerima tanda sakramen baptis di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan  Surakarta dilayani DR. HR. Van Andel.

Tahun 1920, jemaat semakin bertambah, ditandai pelayanan baptisan baru berjumlah 18 orang,  termasuk Tirtosudarmo (Sudiman Tirto Sudarmo) yang akhirnya menjadi guru Injil di daerah Tirtomoyo.

Perkembangan kekristenan di daerah Gemantar dan sekitarnya semakin bertambah pesat, sehingga tahun 1925, jemaat Kristen mula-mula di daerah Wonogiri ini dikukuhkan sebagai Pepanthan dari GKJ Margoyudan Surakarta, dengan seorang guru Injil yakni Martorejo di  tahun 1927. 

Sesuai keputusan Majelis GKJ Margoyudan, Surakarta tanggal 27 Oktober 1930, akhirnya jemaaat Wonogiri menjadi gereja dewasa dibawah binaan GKJ Danukusuman, Surakarta.

Sejarah jemaat Wonogiri pun semakin mantap saat 27 Oktober 1930, GKJ Wonogiri didewasakan, diampu Pendeta Konsulen dari GKJ Margoyudan, yaitu DR. Van Andel dan DS Van Eyk.

Dirasa sudah mampu memanggil seorang pendeta, maka dipanggillah Guru Injil Mitrotanojo untuk ditahbiskan menjadi Pendeta pertama di GKJ Wonogiri, pada 21 Oktober 1937. 

Kehadiran Pendeta pertama, Pdt. Mitrotanojo membawa perkembangan  luar biasa Injil di Wonogiri, maka Zending memberikan tanah untuk gereja dan rumah pendeta.

Sampai akhir hayatnya, 15 April 1956, Pdt. Mitrotanojo telah menggembalakan jemaat Wonogiri mencapai 350 warga.

Di tahun 1966 sampai tahun 1969,  terjadilah “tuaian besar-besaran”, dimana banyak jiwa baru berhasil diselamatkan di pelosok-pelosok daerah Wonogiri, terutama di wilayah Kecamatan Sidoharjo dan Girimarto.

Tuaian pun mencapai puncaknya pada 26 Mei 1969, yaitu diadakannya baptisan massal di Balai Desa Girimarto, dimana tidak kurang dari 447 orang berhasil dibaptis yang  dilayani enam orang pendeta, antara  lain Pdt. Hastosumarno (GKJ Wonogiri) Pdt. Atmorejoko (GKJ Sukoharjo), Pdt. Reksodarmojo (GKJ Margoyudan), Pdt. Edi Trimodo Rumpoko (GKJ Margoyudan), Pdt. Sei Tiang Tjawin (GKI Wonogiri), dan Pdt. Benu (Pendeta Angkatan Darat (PPK).

Berkat tuaian jiwa-jiwa baru itu, jemaat GKJ Wonogiri telah berkembang menjadi 3000 jemaat, dengan 16 tempat kebaktian. 

Selanjutnya, awal tahun 1972 Pdt. Hasto Sumarto, pendeta kedua GKJ Wonogiri yang telah berhasil menjadi inspirator tuaian massal mulai memasuki masa Emiritus, sehingga tanggal 2 Agustus 1973, Suyadi Hadinugroho B.Th ditahbiskan menjadi  pendeta ketiga di GKJ Wonogiri.

Perkembangan GKJ Wonogiri pun semakin mantap terbukti dengan terbentuknya pepanthan-pepanthan baru, sehingga kondisi  menggembirakan ini membuat  Pdt.Suyadi Hadinugroho mulai membuat program pewilayahan di GKJ Wonogiri. 

Prioritas pertama adalah Wanogiri bagian selatan, terdiri dari Pepanthan Baturetno, Tirtomoyo, Sumber Agung, Kedungrejo, Beji, Giriwoyo,Ture, dan Giribelah dengan induknya di Baturetno.

Untuk mengarah menuju pendewasaan wilayah selatan GKJ Wonogiri, tahun 1998-1981, gereja memanggil Yusak Tri Darmanto, S.Th menjadi pembantu Pendeta. 

Berkat dukungan pelayanan Yusak Tri Darmanto, S.Th ini akhirnya wilayah Wonogiri selatan melangkah menuju pendewasaan dan ditetapkan sebagai GKJ Baturetno pada 16 Juli 1983. 

Sementara prioritas kedua, adalah GKJ Wonogiri wilayah timur, meliputi Pepanthan Girimarto, Gemawang, Simpar, dan Sidoharjo, ditambah jemaat Paseban. 

Akhirnya pada Januari 1999, wilayah timur berhasil mendewasakan diri dengan nama GKJ Giri Kinasih yang  digembalakan Pdt.Wurihanto Handoyo Adi S.Th.

Keberhasilan mendewasakan jemaat-jemaat di wilayah selatan, dan timur menginspirasi untuk segera mendewasakan jemaat di wilayah utara menjadi prioritas ketiga. 

Akhirnya pada 30 Maret 2001, Wilayah utara terdiri dari Pepanthan Gemantar, Tandon, Gegeran, dan Wonokarto resmi mendewasakan diri dan digembalakan Pdt. Nabi Minarni, S.Si.

Perlahan namun pasti, GKJ Wonogiri tak hanya mewarnai dan menjadi saksi perjalanan sejarah bangsa Indonesia pada umumnya dan warga Wonogiri khususnya, tetapi benar-benar telah menjadi saksi jejak Injil di kota seribu gunung.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca, nantikan selalu tulisan lain hanya di iNewsbadung.id serta silahkan share tulisan ini. *** 

Editor : Asarela Astrid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network