Menurutnya, pengkhianatan terhadap gerakan mahasiswa patut disayangkan karena akan menjadi contoh buruk bagi generasi penerus.
Sementara disela-sela diskusi yang digelar Senin (5/2/2024) di Bento Coffe, Pabelan, Surakarta, Fitri Nganthi Wani, anak Wiji Tukul membacakan tiga buah puisi yang diambil dari buku kumpulan puisi “Selepas bapakku hilang”, yang bercerita tentang beban berat seorang anak yang harus kehilangan bapaknya saat masih kecil dan tidak pernah ketemu hingga sekarang.
Puisi Fitri Nganthi Wani mampu menjadi “sihir” bagi seluruh peserta, semua terdiam, ada juga yang menangis terbawa situasi yang dirasakan Fitri Nganthi Wani bersama keluarganya pada tahun 1998.
Kegiatan ini merupakan inisiasi
Solo Melawan Politik Amoral (SEMPAL) bekerjasama dengan Forum Mahasiswa Solo Raya, antara lain Front Mahasiswa Nasional (FMN) Solo Raya, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Surakarta, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sukoharjo, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS dan Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah (IMM) Jawa Tengah.
Semoga tulisan tentang ratusan mahasiswa hadiri diskusi kajian strategis selamatkan demokrasi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, jangan lupa share dan nantikan selalu artikel lain hanya di iNewsbadung.id. ***
Editor : Asarela Astrid