get app
inews
Aa Text
Read Next : Gibran Dampingi Respati - Astrid Blusukan di Sondakan, Bagikan Gizi sampai Jenguk Lansia

Cegah Pikun di Usia Muda, Terapkan Strategi 4-4-2. Apa Itu..?

Selasa, 04 Oktober 2022 | 14:08 WIB
header img
Pikun bisa menyerang anak muda, karena itu harus segera dicegah agar tidak semakin parah. (Foto: Pixabay)

iNewsBadung.id – Meski identik dengan kaum lansia, namun penyakit pikun ternyata bisa menyerang kaum muda.

Hal ini seperti yang dikatakan dokter spesialis saraf dr Pukovisa Prawiroharjo, SpS(K), Ph.D, bahwa pikun tidak hanya pada lansia tetapi bisa menyerang orang dengan segala usia.

"Biasanya terjadi akibat trauma otak setelah kecelakaan, penggunaan NAPZA, atau akibat HIV," ujar staf pengajar di Departemen Neurologi FKUI itu dalam siaran pers yang diterima pada Minggu 2 Oktober 2022.

Dijelaskan Pukovisa bahwa orang-orang dapat menanggulangi pikun, yang mana bisa dikenali dengan tanda dan gejala LALILULELO.

Kata ini merupakan akronim dari Labil (sering labil emosi atau pendiriannya), Linglung, Lupa, Lemot, dan Logika menurun.

Selain itu, menanggulangi pikun juga bisa dengan menerapkan formula 4-4-2 untuk menganalogikan persyaratan otak tetap sehat. Hmm..kok kaya strategi dalam sepak bola ya..?

Menurut Pukovisa, formula ini antara lain bebas empat pengganggu otak yakni zat neurotoksik dan adiktif, penyakit karidovaskular dan neurotoksik, pengalaman yang merusak otak, serta penyakit otak).

“Sedangkan empat yang lain adalah bahan baku optimal yang dapat menjaga kesehatan otak yakni nutrisi, istirahat yang cukup, olahraga dan aktivitas seni, serta koleksi memori yang bernilai misalnya memilih memori atau pembelajaran sesuai prioritas untuk pengembangan diri,” tandasnya.

Sementara dua hal yang menjadi penyempurna adalah karakter mulia berupa kecerdasan dan kreativitas.

Pukovisa juga menyarankan orang-orang melakukan deteksi dini demensia dan tak termakan hoaks.

Hal ini penting, karena menurut dia, sekitar 20 - 30 persen demensia memiliki hubungan dengan genetik, sehingga khususnya orang dengan riwayat keluarga demensia, perlu melakukan deteksi dini.

Pukovisa lalu menyebutkan faktor risiko demensia antara lain kurangnya aktivitas dan olahraga, makanan tidak bernutrisi, mengonsumsi alkohol dan rokok dan mengonsumsi obat tidur yang berkepanjangan.

Faktor risiko lainnya yakni memiliki masalah medis yang sudah ada sebelumnya misalnya pernah mengalami kecelakaan, penyakit gula darah, kolesterol dan tekanan darah tinggi.

“Pesan saya agar masyarakat tidak menyepelekan lupa serta aktif melakukan deteksi dini keluhan lupa. Karena lupa dapat ditangani oleh ahlinya, semakin cepat terdeteksi maka akan semakin baik,” pungkasnya.***

Editor : Bramantyo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut