SOLO, iNewsbadung.id - Menjadi salah satu venue perhelatan Solo Menari 2024, yang bertepatan dengan Hari Tari Dunia atau World Dance Day, Senin (29/4/2024), Solo Safari terus berkomitmen lestarikan alam dan budaya.
Shinta Adithya, General Manager Solo Safari mengaku sangat bangga, karena Solo Safari terpilih menjadi venue Solo Menari 2024, serta menjadi saksi sejarah.
Ada beberapa titik di Solo Safari yang digunakan untuk pertunjukkan menari, di mulai dari lobi utama, kelompok tari Pesona Nusantara memberikan sambutan dengan tari Wana Rimba, di mana tidak hanya gerak dan busana yang berbicara tentang rimba atau hutan, tetapi juga suara yang dihasilkan secara spontan dari mulut para penari membawa penonton seakan-akan berada di rimba.
Perhentian kedua adalah penampilan Sayekti Padmi Production, yang menampilkan Pangeraning Bumi di depan kandang Walabi.
Kain hitam yang menutupi para penari, membuat penasaran para penonton, hingga para penonton dibuat kagum oleh gerakan-gerakan luwes dari para penari, serta suara-suara hewan yang dihasilkan dari suara penari.
Sambil berjalan mencapai perhentian selanjutnya, gajah putih pun ikut mengiringi langkah para pengunjung.
Gajah putih yang diperankan Kukuh, mahasiswa program studi Teater ISI Surakarta ini merupakan lambang seekor gajah menolak dipindahkan dari Kebon Rojo Sriwedari, yang akhirnya mau diajak pindah ke Taman Jurug, cikal bakal Solo Safari, namun dengan tetesan air mata.
Selanjutnya adalah perhentian ketiga di jembatan danau, di mana di perhentian ini, para pengunjung banyak yang terpukau dengan kupu-kupu cantik, yang melenggak-lenggok menari dan menggoda.
Di jembatan danau ini tidak hanya ditunggu kupu-kupu, tetapi pengunjung juga disuguhkan gerak-gerak hewan lain seperti serigala, dalam perform Jalan Keselarasan yang diperagakan para penari Omah Mili.
Teriakan burung-burung di Aviary atau Bird Dome juga ikut menyemarakkan Solo Menari bertema Animal Movements ini, bahkan saat para penari menirukan gaya burung-burung, serta suara burung, kehebohan para burung pun terdengar sangat meriah.
Penampilan para penari yang tergabung dalam kelompok Jogedans pun terlihat luar biasa, gerakan tangan, kaki dan tubuhnya menyerupai gerakan burung-burung.
Keluar dari Aviary atau Bird Dome, penampilan kelompok tari Artisomya dalam penampilan berjudul Kuncen juga mampu menyedot banyak perhatian.
Di tempat Elephant Show, para penonton seakan melihat penampilan nyata dari seekor gajah, padahal yang dilihat adalah penari berkostum gajah putih.
Gajah putih ini pun beratraksi mengangkat balok kayu dengan teriakan layaknya seekor gajah, bahkan sempat bermain air di kolam air yang biasa digunakan gajah sesungguhnya.
Perhentian keenam adalah di Tiger Room, di mana sebelum masuk Tiger Room, para penari dari Studio Taksu dengan lincah memperagakan gerakan rusa, termasuk suara rusa atau kijang.
Hingga akhirnya, tepat di depan kaca kandang harimau, penampilan berjudul Jejak Kijang Menari di Rimba Hujan ini pun melompat dan menirukan gerakan-gerakan kijang.
Perhentian terakhir adalah di African Savanah, di mana para pengunjung bisa melihat interaksi para penari yang melambangkan kuda putih sedang melakukan atraksi dan gerakan.
Meskipun penampilan kuda putih yang dilakonkan kelompok Sarang Sato ini merupakan pertunjukkan terakhir di Solo Safari, namun tidak kalah menarik dengan penari-penari lainnya.
Selain senang, bangga dan puas atas pertunjukkan yang menggambarkan gerak-gerak hewan, Shinta Adithya berkomitmen akan terus melestarikan alam dipadukan dengan budaya.
Shinta Adithya berharap, tarian tentang Animal Movements ini dapat dipertontonkan kembali di Solo Safari seusai perhelatan Solo Menari.
"Artinya, pada waktu tertentu para pengunjung Solo Safari akan mendapatkan suguhan tari yang bercerita tentang gerak-gerak hewan," terang Shinta di Makunde Bistro, Senin (29/4/2024).
Shinta Adithya menambahkan, Solo Safari telah berkomitmen mendukung acara seni dan budaya untuk memajukan pariwisata di Kota Solo.
Semoga tulisan tentang jadi venue Solo Menari 2024, Solo Safari terus komitmen lestarikan alam dan budaya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, jangan lupa share dan nantikan selalu tulisan lain hanya di iNewsbadung.id. ***
Editor : Asarela Astrid