get app
inews
Aa Text
Read Next : Ampuhnya Terapi Obong, Membakar Tubuh untuk Hilangkan Penyakit

Epilepsi Dapat Disembuhkan dengan Mengenal Lebih Dekat

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:07 WIB
header img
Media Gathering di Denpasar RSU Siloam Bali bersama sejumlah jurnalis mengakat tema tentang epilepsi. Foto: Ist

DENPASAR, iNewsBadung.id -  Pada peringatan Hari Epilepsi Internasional atau Purple Day tanggal 26 Maret yang lalu, Siloam Hospitals Bali mengingatkan masyarakat akan pentingnya memahami penanganan epilepsi dan menghindari stigmatisasi terhadap penderitanya.

Hal itu disampaikan  dr. I Gusti Ayu Made Riantarini, Sp.N., dalam pertemuan Media Gathering di Denpasar. Dia menyampaikan pentingnya pengetahuan luas tentang penanganan epilepsi.

"Mengetahui lebih banyak tentang epilepsi akan mendorong keluarga penderita untuk lebih terbuka terhadap penanganan yang tepat," ungkap dr. Gusti Ayu Made Riantarini, Sp.N, yang aktif menangani pasien epilepsi di RSU Siloam Bali.

Purple Day adalah bagian dari kampanye internasional yang dimulai pada 26 Maret 2008 di Kanada dan telah diikuti oleh 85 negara.

Pada acara tersebut, juga disampaikan pentingnya edukasi untuk menghindari kepercayaan pada mitos dan stigma negatif terhadap penderita epilepsi.

"Harapannya, ini akan memberikan manfaat bagi komunitas dan meningkatkan kualitas hidup pasien," tambah dr. Gusti Ayu Made Riantarini, Sp.N.

Apa itu Epilepsi? Epilepsi adalah gangguan di mana aktivitas sel saraf di otak terganggu, menyebabkan terjadinya serangan kejang. Gangguan pada sel listrik di otak ini dapat menghasilkan serangan berulang atau perubahan perilaku sementara.

Menurut Dr. Spesialis Saraf, I Gusti Ayu Made Riantini, epilepsi bisa disebabkan oleh kelainan genetik atau cedera otak seperti trauma atau stroke. Faktor risiko lainnya meliputi usia, faktor genetik, cedera kepala, kejang demam, penyakit autoimun, dan tumor otak.

"Penderita epilepsi mencapai sekitar 65 juta di seluruh dunia, 1 dari setiap 100 orang, dan di Indonesia terdapat sekitar 150 ribu kasus per tahun," jelasnya.

Dalam kegiatan tersebut, juga diungkapkan data kunjungan pasien epilepsi di Siloam Hospital Bali dari tahun 2018 hingga 2023, yang terus meningkat dari 442 pasien pada 2018 menjadi 3.510 penanganan dan kunjungan pada tahun 2023.

Penanganan Awal dan Penyembuhan Dalam sesi kedua media gathering Siloam Hospitals Bali, dr. Dewa Putu Wisnu Wardhana, MD, PhD, FICS, FINSS (Neurosurgeon) menjelaskan beberapa metode yang digunakan dalam deteksi dan penyembuhan epilepsi, antara lain:

1. Pemeriksaan EEG (Elektroensefalografi) Merekam aktivitas listrik otak selama periode tertentu dengan elektroda yang dipasang di kulit kepala.

2. MRI (di kepala) Digunakan untuk mengevaluasi anatomi otak dan mencari kelainan lain yang bisa menjadi penyebab epilepsi.

Penyembuhan umumnya dilakukan melalui pemberian obat anti-kejang yang disesuaikan dengan jenis kejang, usia, jenis kelamin, dan kondisi metabolik pasien.

"Dimulai dengan satu jenis obat pada dosis terendah dan diminum secara teratur," tambahnya.

Metode penanganan lebih lanjut untuk mengatasi epilepsi adalah terapi VNS (stimulasi saraf vagus) dan DBS (stimulasi otak dalam), yang dilakukan oleh dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, SpBS, Bedah Saraf Siloam Group.

Dr. Made Agus Mahendra menjelaskan bahwa VNS dapat mencegah atau mengurangi kejang dengan mengirimkan energi listrik ke otak melalui saraf vagus. Sedangkan DBS melibatkan pemasangan alat untuk membantu mengendalikan kejang.

Siloam Hospitals Bali merupakan salah satu rumah sakit terkemuka dalam penanganan epilepsi. Jadwal praktek dr. Dewa Putu Wisnu Wardhana dan dr. I Gusti Ayu Made Riantini dapat dilihat melalui aplikasi MySiloam.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut