SOLO, iNewsbadung.id - Bersama kelompoknya, Galih Sekar Permata Kusuma, mahasiswa prodi Agroteknologi Universitas Tunas Pembangunan (UTP) ciptakan sabun organik.
Keluar dari zona pertanian, mahasiswa semester lima UTP ini mengikuti program Wirausaha Merdeka (WMK), ingin merasakan menjadi wirausahawan muda.
WMK adalah program Kampus Merdeka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia yang memberikan kesempatan mahasiswa belajar, serta mengembangkan diri menjadi calon wirausahawan melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan.
Galih dan kelompoknya membuat handmade soap atau sabun organik dengan empat varian, yakni lengkuas, bidara, lavender dan susu kambing etawa atau kefir, yang menjadi best seller.
Dipilihnya handmade soap, diakui Galih karena ingin membuat produk yang masih berkaitan dengan pertanian, sehigga kelompoknya membuat sabun dengan bahan hasil dari pertanian.
Produk yang diberi nama samurah.id
atau Sabun Murah Indonesia ini, disebutkan Galih memiliki keunggulan, yakni bahan aktif yang dipakai berasal dari ekstrak tanpa bahan campuran, didukung packaging yang unik, praktis dibawa kemana-mana, sehingga mampu menarik konsumen.
Selama menjalani expo, Galih dan tim merasa enjoy karena menjadi hal baru, sehingga bisa menawarkan produk dan menjual langsung ke pengunjung expo.
Program WMK ini membuat pengalaman luar biasa bagi mahasiswa, karena banyak hal dipelajari mulai dari tahap magang, pitching, sampai expo, serta belajar teamwork.
Bersama timnya, Galih mendapatkan bimbingan dari dosen Dr. Haryuni, M.P., mendapatkan pengalaman luar biasa dari nol sampai menjadi produk jadi, meskipun melalui beberapa kali kegagalan.
"Saya dan tim juga belajar marketing sampai bisa menjual 100 pcs sabun dan mendapatkan banyak relasi untuk berwirausaha ke depannya," jelas Galih.
Selain pengalaman berjualan dengan merasakan banyak trial dan eror, Galih dan tim mengungkapkan jika waktu menjadi salah satu kendala terbesar, karena kesibukan masing-masing.
Galuh mengakui, saat proses pembuatan, dirinya dan tim mengalami dua kali gagal dalam proses pembuatan, karena proses produksi tidak menjamin selalu langsung jadi, apalagi jika kepanasan, sabun tidak jadi, kurang panas juga tidak jadi.
Meskipun membutuhkan banyak kesabaran dan ketekunan, Galih berharap bisa melanjutkan bisnis ini hingga sukses dan dapat memproduksi banyak sabun untuk dijual lagi.
Melalui program WMK, Galuh dan tim berharap mampu mengembangkan produk menjadi menjadi sebuah bisnis atau UMKM, agar bisa menjadi bekal sesudah lulus kuliah, mengembangkan usaha dan menjadi wirausaha muda.
Tahun 2023 ini, ada 40 mahasiswa UTP dan 4 dosen UTP, meliputi dua dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan dua dosen dari Fakultas Pertanian (FP) mengikuti program WMK.
Semoga tulisan tentang mahasiswa agroteknologi UTP ciptakan sabun organik ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, jangan lupa share dan nantikan tulisan lain hanya di iNewsbadung.id. ***
Editor : Asarela Astrid